Anak mahir membaca dengan buku Abacaga dalam 10 menit
Membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan). Untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata. Dengan membaca, anak mampu memahami dan mencerna sebuah informasi. Otomatis kemampuan ini merupakan kecakapan dasar yang wajib dikuasai oleh anak aktivitas membaca meliputi dua proses, yaitu proses membaca teknis dan proses memahami bacaan.
Proses membaca teknis adalah suatu proses pemahaman hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Proses ini disebut sebagai pengenalan kata. Misalnya anak mengucapkan, baik dalam hati maupun bersuara, seperti kata "adik minum", yang tercipta merupakan proses membaca teknis.
Proses memahami bacaan merupakan kemampuan anak untuk menangkap makna kata yang tercetak. Pada waktu melihat tulisan "adik minum", anak tahu bahwa yang minum bukan ayah, atau adik dalam tulisan itu tidak sudah makan. Penguasaan kosakata sangat penting dalam memahami kata-kata dalam bacaan.
Elizabeth G. Hainstock berkata "anak-anak prasekolah tidak hanya dapat diajarkan membaca, tetapi bahwa inilah masa puncak anak secara alamiah dan antusias menyerap kecakapan-kecakapan membaca".
Seperti yang kita tahu bahwa kita mempunyai dua belahan otak yaitu otak kanan dan otak kiri. Kedua belahan otak ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Otak kiri memiliki karakteristik yang teratur runut/sistematis, analitis, logis, dan karakter struktur lainnya. Otak kiri sering kita pakai saat kita menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan data, angka, urutan, dan logika. Berbeda sekali dengan otak kanan kalau otak kanan ia sering berhubungan dengan rima irama, musik, gambar, dan imajinasi. Untuk anak yang memiliki bakat kreatif mereka juga sering menggunakan otak kanan. Dalam belajar, otak kanan anak perlu merekam dulu sebelum melakukan eksekusi persoalan. Proses perekaman itu pada tahap awal memerlukan waktu sekitar 10 detik dan kalau sudah terbiasa waktunya hanya satu atau dua detik saja. Kalau anak yang belajar pakai otak kiri dia langsung mengeksekusi baru kemudian merekam.
Anak-anak kalau mereka udah mengenal hubungan antara tulisan, bunyi, dan artinya, mereka akan mudah mengerti fungsi dari tulisan atau bacaan. Mereka mungkin senang membolak-balik buku, berpura-pura membacanya, dan mulai bertanya mengenai kata-kata tertentu yang tidak diketahuinya.
Mengajari anak untuk bisa membaca tanpa membuat anak bosan.
Ada satu buku praktis belajar membaca untuk anak usia 4 sampai 6 tahun. Buku ini aku beli untuk keperluan tugas akhir kuliah ku. Dalam buku ini di katakan belajar membaca cukup 10 menit dalam sehari. Ya buku ini adalah buku ABACAGA. Metode yang diajari dalam buku ini adalah metode stepping stone. Step artinya langkah seperti kata step by step, langkah demi langkah. Stone artinya batu. Kalau di gabungin batu langkah dong. Apa iya?. Enggak loh, artinya tuh batu loncatan. Jadi metode stepping stone itu adalah metode yang mengajari anak membaca secara bertahap. Misalnya, hari ini anak-anak belajar membaca halaman pertama, besok belajar lagi halaman kedua, lusa belajar lagi ke halaman tiga, begitu seterusnya.
Buku ini mengajari 6 bagian dengan tujuan untuk mengoptimalkan konsentrasi anak pada pelajaran. Diajarkan secara individu waktu untuk belajar buku ini cukup 5 sampai 10 menit di tiap halaman per hari. Jika dalam waktu 10 menit anak belum mampu mengenal isi halaman pertama secara keseluruhan, maka tidak perlu diloncat terus.
Anak selalu mengulang bacaan lagi dari pelajaran pertama, sebelum dan sesudah melanjutkan ke pelajaran berikutnya. Itu semua berguna untuk anak agar dia lebih lancar hafal bentuk serta bunyi tiap-tiap pelajaran.
6 tahapan belajar membaca dalam buku Abacaga:
- Mengenal abjad yang ditampilkan dengan huruf vokal a
- Pengenalan huruf vokal i pada halaman pertama didampingan dengan contoh huruf dan suku kata yang sudah dipelajari sebelumnya yaitu a.
- Pengenalan huruf u pada halaman pertama didampingan dengan contoh huruf dan suku kata yang sudah dipelajari sebelumnya yaitu a dan i.
- Pengenalan vokal a, i, u yang didampingan yang konsonan.
- Pengenalan konsonan lanjutan yang didampingi dengan vokal e, o, dan imbuhan.
- Pengenalan bunyi sengau, konsonan, dan vokal (huruf gabung).
Buku abacaga ini juga dilengkapi kartu Abacaga yang diletakkan di halaman terakhir buku tersebut. Kartu itu digunting untuk memudahkan kita mengajari dan mengucapkan huruf dengan mudah.
Cara menggunakan kartu Abacaga.
1. Siapkan kartu a dan ba di hari pertama
2. Tunjukkan kartu a (dan instruksi ini a: buka mulut membalik kartu ke belakang ada gambar)
3. Tunjukkan kartu ba (ini ba: tutup mulutnya, tunjuk gambar di belakang).
4. Kartu disusun berdampingan sejajar, anak disuruh membaca sambil beberapa kali, letak kartu digeser dan dipertukarkan tempatnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan anak sudah mulai dapat mengenal abjad pada tahap pertama.
5. Jika anak sudah dapat menguasai kartu a dan ba pada hari pertama, baru kemudian tunjukkan kartu ca pada hari selanjutnya. (ini ca: lalu tanyain sama anak "apa yang pedas?"ca-be, menunjukkan gambar di belakang.
6. Tunjukkan kartu ga (ini ga: lalu tanya pada anak "apa nama binatang yang besar?" ga-jah, tunjuk gambar di sebelah kartu.
7. Geser kartu beberapa kali dan tukarkan tempatnya secara berbeda-beda.
Alasan buku Abacaga menarik bagi anak-anak.
Aku punya adik sepupu yang masih sekolah di MIN kelas 3, namanya nggak usah aku sebut deh. Dia belum lancar dalam membaca. Salah satu faktor penyebabnya ya nggak mau belajar di rumah dengan orangtua nya. Setiap malam minggu dia menginap di rumah aku, alasannya karena pengen membaca. Ternyata dia suka dengan buku abacaga yang aku miliki.
Sebelum membaca tidak lupa untuk mendahulukan dengan berdoa terlebih dahulu. Agar kita diberi kemudahan dalam belajar. Lalu kubuka buku Abacaga di halaman pertama a tentu saja itu huruf yang paling mudah, dia bisa. Di balik halaman selanjutnya di bagian huruf ha, nah disitu baru nampak ia nggak bisa.
Aku suruh dia berhenti dulu, kemudian aku suruh dia ucapkan huruf abjad dari a sampai z. Alhamdulillah dia bisa, namun kok pas baca dia malah nggak tahu itu huruf apa gitu?. Ternyata dia hanya hafal huruf abjad tapi dia nggak paham makna huruf itu, misalnya bentuk huruf. Dari mana aku tahu?. Buka Abacaga lah yang buat aku tahu itu. Sebab buku Abacaga posisi huruf abjad itu diacak.
Buku Abacaga ini di desain cukup menarik. Setiap halaman diwarnai dengan beberapa warna yang berbeda-beda. Untuk suku katanya pun juga ditandai dengan warna yang berbeda. Suku kata yang jadi pusat fokus ditandai dengan warna hitam. Sedangkan suku kata bantuan ditandai sama warna terang. Contoh nya, nama, kana, naba.
Mungkin itu juga yang membuat adik sepupu aku jadi suka belajar membaca. Tiga hari kemudian dia jadi lebih kenal huruf-huruf abjad. Belajarnya nggak lama-lama sih paling 10 menit per hari. Biasa sehari cuma satu sampai dua halaman. Aku pun jadi merasa senang karena ada perubahan setelah melihat dia belajar baca dengan buku abacaga.
0 comments