Apa Maksud Sabda Nabi "Allah Berada di 'Amaa'?
by
Yusra Aunina
- Maret 15, 2025
Ditulis oleh : Saiful Anwar
Disebutkan didalam kitab Sunan At Tirmidzi juz 5 halaman 288:
سنن الترمذي 5/ 288:
عَنْ وَكِيعِ بْنِ حُدُسٍ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي رَزِينٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ؟ قَالَ: «كَانَ فِي عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ، وَخَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى المَاءِ»
"Dari Waki' ibn Hudus, dari pamannya yaitu Abi Razin, dia berkata: Aku berkata: "Wahai Utusan Allah, dimana Tuhan kami berada sebelum menciptakan makhluk-Nya?" Rosulullah bersabda: "Allah berada di 'AMAA' yang tidak ada udara di bawahnya dan tidak ada udara di atasnya. Kemudian Dia menciptakan Arsy-Nya di atas air"
Apa maksud dari كان في عماء "Allah berada di 'AMAA' ?
Imam Tirmidzi melanjutkan tulisannya:
قَالَ أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ،: قَالَ يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ: " العَمَاءُ: أَيْ لَيْسَ مَعَهُ شَيْءٌ ". هَكَذَا يَقُولُ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ: وَكِيعُ بْنُ حُدُسٍ، وَيَقُولُ شُعْبَةُ وَأَبُو عَوَانَةَ وَهُشَيْمٌ: وَكِيعُ بْنُ عُدُسٍ: وَهُوَ أَصَحُّ، وَأَبُو رَزِينٍ اسْمُهُ: لَقِيطُ بْنُ عَامِرٍ. وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
"Ahmad ibn Mani' berkata, Yazid ibn Harun berkata: "'AMAA' maksudnya adalah tidak ada sesuatu apapun bersama-Nya" seperti itu pulalah Hammad ibn Salamah berkata: Waki' ibn Hudus. Adapun Syu'bah, Abu 'Awanah dan Husyaim berkata: Waki' ibn 'Udus: Dan inilah yang paling benar. Adapun nama Abu Razin adalah Laqith ibn 'Amir. Dan ini adalah hadits Hasan."
Jadi, maksud dari sabda Nabi: كان في عماء "Allah berada di 'Amaa' " adalah "Allah berada didalam ketiadaan sesuatu apapun bersamanya", termasuk tidak ada ruang dan waktu.
Sebagian orang salah paham sehingga meyakini bahwa hadits tersebut menjelaskan bahwa "Allah berada di sebuah tempat, atau di sebuah ruang hampa udara, atau di sebuah ruang kosong"
Padahal maksud yang benar dari hadits tersebut adalah bahwa Allah berada didalam ketiadaan sesuatu apapun, termasuk tidak ada ruang itu sendiri. Hanya Allah Sendiri tanpa apapun bersamanya. Tiada apapun selain Diri-Nya.
Jika ada orang yang meyakini bahwa Allah berada didalam sebuah ruang kosong, maka pemahaman ini masih belum meniadakan sesuatu sama sekali karena ruang itu sendiri adalah sesuatu. Ruang kosong meskipun kosong, tetapi masih ada sesuatu yaitu ruang itu sendiri. Padahal Allah ada dalam ketiadaan sesuatu apapun sama sekali, termasuk ketiadaan ruang itu sendiri.
Maka benarlah aqidah Asyairoh bahwa "Allah ada tanpa tempat". ini sejalan dengan hadits lain yaitu:
السنن الكبرى - النسائي - ط الرسالة 10/ 126:
عَنِ ابْنِ حُصَيْنٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «كَانَ اللهُ وَلَا شَيْءَ غَيْرُهُ،
"Dari Ibn Hushain, dia berkata: Rosulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda "Allah ada tanpa sesuatu apapun selain-Nya"
Jika Allah ada tanpa sesuatu apapun selainnya, maka pastinya Allah ada tanpa tempat, tanpa ruang dan tanpa waktu. Karena ruang dan waktu itu sendiri adalah sesuatu. Ruang dan waktu adalah makhluk yang diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Sedangkan Allah ada sebelum adanya segala sesuatu, sebelum adanya segala ciptaan, termasuk sebelum adanya ruang dan waktu.
Sejalan pula dengan hadits yang terdapat didalam kitab Musnad Ahmad juz 14 halaman 520:
مسند أحمد 14/ 520 ط الرسالة:
وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ،
"Engkaulah (Ya Allah) Yang Dzahir, maka tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu. Dan Engkaulah Yang Bathin, maka tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu"
Imam Baihaqi mengomentari hadits tersebut didalam kitabnya, Al Asmaa' Wa Ash-Shifaat juz 2 halaman 289:
الأسماء والصفات - البيهقي 2/ 289:
وَإِذَا لَمْ يَكُنْ فَوْقَهُ شَيْءٌ وَلَا دُونَهُ شَيْءٌ لَمْ يَكُنْ فِي مَكَانٍ
"Jika tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak pula di bawah-Nya, maka Allah tidak berada didalam sebuah tempat/ruang"
Wallahu a'lam.