Dibalik senyuman putri AYAH eps 01

by - Januari 07, 2024


"Jangan lihat hidup orang dari cover. Cobalah buka cover nya biar kamu dapat jawabannya".
Nina Bobo

"Nak, rajin itu untuk dirimu sendiri bukan untuk orang lain".
Mama Ati 

Di hari yang cerah ini seorang cewek lengkap dengan seragam bewarna coklatnya siap untuk menuju ke sekolah. Berhubung hari ini adalah hari sabtu. Dimana hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu banyak pelajar untuk membuktikan jerih payah selama duduk di bangku sekolah.

Sambil berdiri melihat dirinya di pantulan cermin. Merasa jilbab nya udah pas tanpa ada gangguan dia pun langsung keluar kamar.

"ma, aku mau berangkat!!!" Dia mencium tangan mama nya yang sedang berada di dapur.

"makan dulu, udah mama masak telur" sahut mama nya sambil menyiapkan nasi anak nya.

"iya ma" dia pun menempelkan pantat nya di lantai bersiap untuk makan.

Okey!!!. Kenalin nama ku nina. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Yupss, aku punya satu kakak yang tinggi nya di bawah aku. Dengan tinggi ku yang 150 cm kerap dipikir kakak oleh sebagian orang. Ah, sungguh tidak enak rasanya. Yang muda dikira tua sedangkan yang tua dianggap muda. Begitulah sering terjadi ketika kami sedang jalan berdua. Yah tidak tua-tua amat, usia kami hanya berjarak 3 tahun.

Orang tua ku setiap hari mencari nafkah ke sawah. Tak lama setelah aku berangkat, mereka pun akan berangkat ke sawah. Makanya, aku harus buru-buru karena agar sempat bersalaman dengan mereka.
Mumpung ini masih jam 07.00 pagi. Mereka masih berada di rumah.

"ma. Ayah mana?" Bola mata ku mencari sosok ayah di sekitar sini sambil aku cuci piring sisa makan tadi.

"di luar kayaknya" mama melirik ke sekitar tapi tidak nampak seseorang yang di cari.

"aku pigi terus ya ma" kata nya sambil mencium tangan mama nya

"iya hati-hati!. Kan salaman nya udah tadi" jawab mama

"oh ya lupa" sahut nya sedikit melotot. Mama nya hanya tersenyum dengan tingkah laku anaknya.

"Ayah!. Nanti acara nya dimulai jam 09.00". Benar dugaan mama, sosok yang aku cari sedang duduk santai di ayunan. "hari ini Ayah ke sawah?" Lanjut ku mengambil alih mencium tangan beliau.

"Engga, kan nanti kesekolah kamu" jawab nya tanpa ekspresi. Fyi, Ayah ku ini orang nya tuh dingin banget. Dingin melebihi kulkas di rumah ku. Bicara nya gak pernah panjang kali lebar. Kalau di tanya ya di jawab segitu aja. Jarang ada umpan balik kalau ngobrol sama beliau. Alias, beliau hanya jadi pendengar saja. Tapi, satu hal yang paling aku suka dari beliau. 

Beliau gak pernah main kasar atau pun keluarin kata-kata kasar kepada kami. Nama nya juga anak-anak tetap ada gitu buat kesal orang tua. Apalagi jika berurusan sama aku, bisa katakan aku ini tidak mencapai level yang nama nya BAIK.

"dadah Ayah" aku melambaikan tangan sambil naik sepeda. Ayahku cuma membalas dengan anggukan.

Jam masih menunjukkan pukul 07:00 pagi. Kecepatan yang aku pakai untuk mengayuh sepeda slow. Mengingat waktu pun masih terbilang pagi jadi tidak terburu-buru.

Jarak yang ku tempuh ke sekolah lumayan 30 menit. Kadangkala bersepeda sendirian. Karena teman ku kebanyakan mengendarai motor. Ada sih anak desa sebelah dia juga menggunakan sepeda ke sekolah. Tapi kami tidak sekelas. Aku duduk di kelas A sedangkan dia berada di kelas B. Sering ketemu di sekolah namun kami jarang bertegur sapa. Aku sibuk dengan teman ku dia juga begitu. Nyata nya kami dulu satu MIN(Madrasah Ibtidaiyah Negeri).

Sambil mengayuh sepeda mata ku tidak ingin nganggur. Melihat sekitar alam ciptaan Tuhan yang begitu indah. Bosan juga rasanya bersepeda sendirian. Yah mau gimana lagi masak Aku ajak pacar ku. Eittss, tunggu dulu Aku baru sadar rupa nya Aku jomblo hehehe.

Gapapa deh ada rombongan kerbau di depan jadi membuat Aku enggak sendirian. Pemandangan yang ku lewati lebih banyak warna hijau, terdapat pohon-pohonan, rumah warga dan sawah yang mulai menguning.

Aku tiba di tempat parkir sepeda. Tempat parkir ini letak nya sekitaran 5 menit ke sekolah. Dan bagi yang pakai sepeda harus jalan kaki lagi ke sekolah. Karena sepeda tidak boleh dibawa masuk ke perkarangan sekolah.

"Nina ayok naik" deva. Salah satu teman dekat aku berhenti menawarkan boncengan. Dia ke sekolah sering bawa honda, sesekali jika Ayah nya lagi sibuk baru dia tidak bawa motor. Awal-awal sekolah dulu dia juga pakai sepeda. Dan semakin tahun ke tahun para bersepeda menurun satu-satu. Mereka lebih memilih diantar oleh orang tua masing-masing.

Deva ini seorang anak piatu. Mama nya meninggal pas kejadian tsunami di Aceh pada tahun 2004. Dia alhamdulillah berhasil di selamatkan dari kejadian itu. Dan sampai sekarang dia hidup dengan ayah dan nenek nya.

"kamu siapa yang datang na?" Deva bertanya sambil matikan motor di tempat parkiran.

"kayak biasa Ayahku, Mama ku kan engga bisa bawa motor". Aku jawab disaat turun di atas motornya.

"langsung ke kelas atau ke kantin dulu?" Tanya nya

"aku udah sarapan tadi, kamu mau ke kantin? Ku tanya balik.

"nanti aja deh" kami pun langsung masuk ke kelas IX A.

Di dalam kelas udah ada beberapa teman ku yang hadir. Karena hari ini adalah hari terakhir kami disini. Jadi kami mulai bersih-bersih di dalam dan luar kelas. Sebelum kedatangan para wali murid. Ya sebab hari ini pembagian rapor siswa untuk melihat apakah lulus atau tidak.

Sekolah kami bukan seperti sekolah elite. Di saat pembagian rapor akan mengadakan banyak kegiatan. Dalam hal dana kami kurang. Yang bersekolah disini pun tidak ada anak kolongmerat. Rata-rata lebih dominan anak petani. Makanya hari ini hanya dibuat biasa saja.

"gerah banget kantin yuk, cari yang dingin" seorang cewek tomboy meletakkan sapu di pojok.

"Ari tungguin dikit lagi ini" sahut deva yang merapikan meja dan kursi.

Ari juga teman dekat aku di sekolah. Dia terlihat sedikit tomboy karena gaya bicara nya. Tapi dikelas aku ada yang lebih tomboy lagi. Nama nya Dilam. Dilam ini beda geng dengan kami. Dia ketua geng dari kelompok satu lagi.

Fyi. Di kelas kami jika dilihat berteman nya seperti ada geng gitu. Padahal engga kami juga semua berteman. Tapi lebih banyak kumpul dengan kelompok masing-masing pas istirahat.

Aku, Deva, dan Ari kami lebih sering bertiga pas istirahat. Ke kantin juga begitu, paling jika ada teman yang lain mau ikut ya silahkan. Kami pendiam jadi merasa tidak sefrekuensi dengan mereka yang rusuh. Geng Dilam mereka ada enam orang diantaranya, Ada Uti, Nur, Maida, Lia Dan Rafiza. Apa kami tidak berteman sama anak cowok?

Berteman sama anak cowok lebih ke 30%. Disekolah ini jarang dekat dengan lawan jenis. Anak cowok mereka juga lebih kumpul ke geng sendiri. Seperti anak cowok kelas kami mereka malah kumpul ke kelas sebelah. Ya mereka menghabiskan jamkos di kelas tetangga.

"nina kamu beli apa?" Deva menepuk tangan ku

"hah" Aku sadar dari lamunan ku

"pagi-pagi udah melamun" sahut Ari.

"gaes makan mie rame-rame yok" tiba-tiba geng Dilam memasuki wilayah kantin. Mereka juga mengajak kami untuk makan mie barengan. Iya kan apa Aku bilang kami ini dekat nya pas ada sesuatu. Selain makan, ketika ada PR juga dekat alias minta contekan hehe. Bukan hanya mereka doang, berlaku juga bagi anak cowok. Kalau menyangkut PR langsung mendekat ke cewek.

"kalian makan mie gak?" Aku menunggu jawaban Ari dan Deva

"yok gass" jawab Ari. Deva pun hanya mengangguk sebagai balasan

Jam menunjukkan pukul 09.00 para wali murid sudah berdatangan satu persatu. Kami percepat makan ketika para wali murid terlihat sudah rame di perkarangan sekolah. Kami di haruskan untuk jadi seksi konsumsi di kelas masing-masing. Merasa udah kenyang kini saatnya kembali ke kantor mengambil kue. Kalau kita kenyang orang lain juga harus kenyang.

"aku bagiin kamu yang angkat kotak" aku bagi tugas sama Deva.

"curang kamu" dia engga terima dengan ide Aku. Aku mengeluarkan ketawa sepuasnya
Ketika tiba di pintu mata ku melirik sosok yang sedang mengambil rapor di meja guru. Seorang laki-laki tinggi dengan baju bewarna hitam dan dipadu celana kain bewarna abu-abu. Tanpa sadar Aku menarik bibir untuk tersenyum ketika mata kami saling bertemu. Sungguh moment yang pas banget.

"kok Ayah lama kali ya bicara nya sama ibu guru. Apa Aku banyak salah?" Hati ku mulai bicara membuat ku tambah penasaran aja. Mengelilingi meja-meja untuk membagi kue ternyata tidak dapat hilangkan rasa penasaran ku.
"di rumah aja lah nanti Aku tanya sama Ayah" lanjut ku berbisik di hati

Semua para wali murid telah di bagikan rapor anak nya. Ibu Saidah wali kelas ku langsung melangkah ke kantor karena urusan nya udah beres. Selebih nya urusan kami mengutip sisa sampah yang terletak di dalam kelas. Sebelum itu Aku menyempatkan diri menemui Ayah.

"Ayah tadi apa yang di bilang sama ibu Saidah. Kok lama kali di kasih rapor nya?" Bertubi-tubi keluar pertanyaan di mulutku. Kayak nya engga perlu lagi tanya di rumah.

"Cuma dibilang nilai nya bagus, engga ada masalah" jawab Ayah ku bangga.

"ini bawa pulang" lanjut Ayah menyodorkan sebuah rapor kepada ku

"Ayah langsung pulang?' Aku mengambil rapor yang disodorkan Ayah. Mendapat anggukan dari Ayah bisa aku simpulkan jawaban nya iya.

Sosok Ayah pun semakin terlihat jauh. Kini Aku berbalik badan untuk melanjutkan beres-beres yang belum tuntas. Sisa sampah udah dikutip semua oleh teman-teman ku. Aku tadi engga dapat jatah kutip malah di suruh buang sampah di belakang sekolah. Di belakang sekolah kami ada kebun binatang. Penghuni nya ada monyet yang sesekali ikut belajar saat kami lagi belajar. Tepat nya di belakang sekolah kebun karet sedangkan di kawasan depan sawah.

"ah" terdengar suara seseorang mengeluh kecapean. Beberapa dari kami istirahat bentar di kelas sebelum pulang ke kediaman masing-masing. Aku menyempatkan diri membuka rapor yang diberikan oleh Ayah.

"alhamdulillah" Aku lega setelah melihat nilai tertera dalam rapor dan tertulis lulus.

"gimana nina kamu lulus?" Deva mehampiri Aku yang duduk di pojok.

"lulus, kalian lulus tidak?" Mata ku melihat ke arah mereka semua.

Semua pada sibuk membuka rapor masing-masing. Alhamdulillah mereka juga lulus kecuali satu orang. Dia namanya Mameh belum melihat isi rapor. Dikarenakan rapor nya langsung dibawa pulang sama mama nya. Semoga dia juga mendapat kabar yang baik saat tiba di rumah.

Sampai di rumah Aku merebahkan diri di tempat tidur. Sungguh hari ini begitu tidak bisa berkata-kata. Badan lelah ditambah mata semakin mengantuk.

Ting.
Sebuah notif muncul di layar hp ku. Aku cek mana tau pesan penting. Ku buka dan ku balas alhamdulillah. Pesan itu datang dari Mameh, memberi tau bahwa dia juga lulus. Lalu kemudian Aku terlelap ke alam mimpi.

Bersambung.........

You May Also Like

0 comments