10 tanya jawab seputar bulan suci Ramadhan
Bulan suci ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. dimana di bulan ini kita di wajibkan untuk melakukan puasa sesuai rukun islam yang ke-4. di bawah ini ada beberapa tanya jawab menyangkut bulan suci ramadhan, bermanfaat untuk kita semua.
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh🙏
1. Bagaimana jika kita punya hutang puasa romadhon, dan blm menggantinya pada saat bulan romadhon berikutnya telah tiba🙏
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Jika seseorang memiliki hutang puasa Ramadan dan belum berhasil menggantinya sebelum tiba bulan Ramadan berikutnya, terdapat beberapa panduan dalam syariat Islam yang bisa diikuti.
1. **Memulai dengan Bertobat:** Pertama-tama, seseorang harus bertaubat kepada Allah atas keterlambatan ini dan bertekad untuk memperbaiki kondisi ini di masa yang akan datang. Taubat sejati melibatkan penyesalan atas perbuatan yang salah, niat untuk berhenti melakukan kesalahan tersebut, dan tekad untuk memperbaiki diri ke depannya.
2. **Mengganti dengan Puasa Pengganti:** Seseorang yang memiliki hutang puasa Ramadan dapat mulai dengan mengganti puasanya sesuai dengan kemampuannya. Puasa itu sendiri adalah hak Allah, sehingga hutang puasa Ramadan ini harus diganti sesegera mungkin. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang belum sempat mengqadha puasa Ramadhan karena suatu udzur, maka hendaklah dia berpuasa tatkala suci." (HR. Abu Daud)
3. **Memberikan Kompensasi:** Selain mengganti puasa yang tertunda, seseorang juga dapat memberikan kompensasi dalam bentuk memberikan makanan kepada fakir miskin untuk setiap hari puasa yang tertunda. Ini merupakan solusi jika seseorang tidak mampu untuk mengganti puasa tersebut dengan puasa yang sesungguhnya.
4. **Menunaikan Kewajiban dengan Sebaik-baiknya:** Ketika seseorang memiliki hutang puasa Ramadan, kewajiban untuk menggantinya harus dipenuhi segera sesuai dengan kemampuan. Tidak ada dalil yang membolehkan seseorang untuk menunda puasa tanpa alasan yang dibenarkan dalam agama.
Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (2:185) menyatakan, "Maka, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." Ayat ini menegaskan bahwa seseorang diwajibkan untuk mengganti puasa yang tidak dilaksanakan pada waktunya.
Dalam kesimpulannya, dalam Islam, hutang puasa Ramadan harus segera diganti sesegera mungkin, dan seseorang harus bertaubat atas keterlambatan ini. Jika ada alasan yang sah yang menghalangi seseorang untuk mengganti puasa pada waktunya, maka ia dapat menggantinya dengan memberi makanan kepada fakir miskin untuk setiap hari puasa yang tertunda.
Wallahu A'lam Bissowab
Untuk menjaga kualitas puasa hingga waktu berbuka, penting untuk memperhatikan beberapa hal yang disarankan dalam syariat Islam. Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga kualitas puasa hingga waktu berbuka:
1. Niat yang ikhlas: Sejak waktu sahur, hendaknya kita berniat dengan sungguh-sungguh untuk melakukan puasa dengan tujuan mengharapkan ridha Allah SWT.
2. Menjaga perilaku dan ucapan: Puasa tidak hanya sebatas menahan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perilaku negatif seperti berkata kasar, berdusta, atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
3. Memperbanyak amal ibadah: Selain menahan lapar dan haus, puasa juga merupakan kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah seperti membaca Al-Qur'an, berzikir, berdoa, dan memperbanyak sedekah.
4. Berusaha menjaga kesehatan: Menjaga kesehatan tubuh juga penting untuk menjaga kualitas puasa hingga waktu berbuka. Memperhatikan pola makan seimbang saat sahur dan berbuka, serta menjaga agar tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup saat berbuka dan sahur.
5. Menjaga hati dan pikiran: Selain menjaga tubuh, menjaga hati dan pikiran juga penting. Hindari pikiran negatif, perbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah) dan tafakkur (merenung) agar hati tetap tenang dan penuh dengan kebaikan.
Dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadis yang mendukung praktik di atas antara lain adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (2:183), "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." Hadis Rasulullah SAW juga mengingatkan untuk menjaga kebersihan hati dan perbuatan selama berpuasa.
Wallahu A'lam Bissowab
3. Bagaimana cara mengajari anak" yg baru belajar berpuasa, agar mereka bisa senang saat berpuasa?
Mengajari anak-anak yang baru belajar berpuasa agar mereka senang saat menjalani ibadah puasa merupakan suatu hal yang penting dalam mendidik anak-anak dalam ajaran Islam. Berikut adalah beberapa cara dan pedoman menurut syariat Islam beserta dalilnya yang dapat diterapkan dalam mengajari anak-anak yang baru belajar berpuasa:
Dengan menerapkan pedoman-pedoman tersebut, diharapkan anak-anak akan merasa senang dan terdorong untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh kebahagiaan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan dalam mendidik anak-anak kita sesuai dengan ajaran Islam.
Wallahu A'lam Bissowab
JAWABAN :
Menyambut bulan Ramadan dengan tujuan agar puasa kita diterima Allah SWT memang menjadi keinginan setiap muslim yang hendak menjalani ibadah puasa. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menyambut bulan Ramadan agar puasa kita diterima oleh Allah SWT dari awal hingga akhir, beserta dalilnya menurut syariat Islam:
Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut, kita dapat menyambut bulan Ramadan dengan ikhtiar agar ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan petunjuk kepada kita dalam menjalani ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan kecintaan kepada-Nya.
Wallahu A'lam Bissowab
Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut, kita bisa menyambut bulan Ramadan dengan hati yang bersih dan niat yang ikhlas. Semoga Allah SWT senantiasa membersihkan hati kita dan memperkuat keimanan serta membimbing kita dalam menjalani ibadah dengan kesungguhan dan keikhlasan.
Wallahu A'lam Bissowab
5. Bagaimana cara mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik untuk menyambut bulan Ramadhan dengan sungguh sungguh dan efesien ?. Mohon pencerahannya ustadz
JAWABAN :
Untuk mempersiapkan diri secara spiritual, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan dan keteguhan hati untuk menjalani bulan Ramadan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Dua bulan yang penuh berkah sedang mendekat atasmu, yakni bulan Rajab dan bulan Sya'ban. Maka, mintalah kepada Allah sebanyak-banyak ampunan di dalam keduanya, serta berdoa agar engkau diberi keberhasilan dalam bulan Ramadan." (HR. Thabarani)
Kedua, membersihkan hati dan menyesuaikan diri agar memasuki bulan Ramadan dengan jauh dari rasa dendam, iri hati, dan sifat buruk lainnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang buruk dan perbuatan yang buruk, maka Allah tidak memerlukan bahwa dia meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Bukhari)
Ketiga, memperbanyak ibadah dan amalan kebaikan sebelum memasuki bulan Ramadan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan shalat sunnah, sedekah, membaca Al-Qur'an, dan berbagai amalan kebaikan lainnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya dalam setiap hari dan malam terdapat malaikat yang bergantian pada kalian. Mereka berkumpul pada shalat Subuh dan shalat Asar. Mereka lalu berkata, "Apa yang kalian kerjakan di antara kedua waktu ini?" (HR. Bukhari)
Sementara itu, untuk mempersiapkan diri secara fisik, ada beberapa langkah yang juga dapat diambil. Pertama, menjaga pola makan dan minum. Hal ini penting untuk memastikan tubuh tetap sehat dan bugar selama bulan Ramadan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak ada bejana yang lebih buruk dari perut." (HR. Tirmidzi)
Kedua, rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran fisik. Olahraga ringan seperti berjalan atau senam dapat membantu menjaga kebugaran fisik sebelum masuk ke dalam bulan Ramadan.
Ketiga, memperbaiki kualitas tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan dan stamina fisik. Sehingga, usahakan untuk memiliki waktu istirahat yang cukup dan berkualitas sebelum memasuki bulan Ramadan.
Dalam semua tindakan persiapan, penting untuk mengingat bahwa niat kita haruslah ikhlas dan hanya untuk meraih keridhaan Allah.
Wallahu A'lam Bissowab
Tentang cara meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadan dan tips untuk mempersiapkan diri sebelum bulan Ramadan tiba, terdapat beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan berdasarkan ajaran syariat Islam beserta dalilnya.
Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut secara hati-hati dan sungguh-sungguh, kita dapat mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik untuk menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh keikhlasan dan kebersihan hati. Semoga Allah memberkahi usaha kita dan menjadikan Ramadan kali ini sebagai ibadah yang lebih baik dari sebelumnya.
Wallahu A'lam Bissowab
https://serba-serbi-tentang-puasa-ramadhan.html
JAWABAN :
Tentang menyambut bulan suci Ramadan, terdapat beberapa hadis yang menerangkan pentingnya menyambut bulan Ramadan dengan kegembiraan dan persiapan yang sungguh-sungguh.
Salah satu hadis yang menerangkan tentang menyambut Ramadan adalah hadis riwayat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, beliau berkata:
"Ketika bulan Ramadan masuk, pintu-pintu surga terbuka, pintu-pintu neraka tertutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa di mana kebaikan-kebaikan dilipatgandakan, kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah menjadi lebih mudah, serta setan-setan yang menggoda manusia untuk berbuat maksiat dibelenggu. Oleh karena itu, Muslim dituntut untuk menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh kegembiraan dan semangat untuk memperbanyak ibadah.
Selain itu, terdapat pula hadis yang menunjukkan persiapan fisik dan spiritual dalam menyambut Ramadan. Dari Abu Hurairah juga, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"Jika datang bulan Ramadan, pintu-pintu surga terbuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." Lalu ditanya kepada beliau, "Mengapa pintu-pintu surga terbuka?" Beliau menjawab, "Pintu-pintu surga terbuka, tidak ada yang menutupnya kecuali pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada yang membukanya." (HR. At-Tirmidzi)
Hadis ini menekankan pentingnya persiapan untuk menyambut Ramadan dengan menyibukkan diri dalam beribadah dan menjauhi perbuatan dosa. Pintu-pintu surga yang terbuka menunjukkan bahwa dalam bulan Ramadan, pintu-pintu rahmat dan ampunan Allah terbuka lebar bagi hamba-Nya yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari hadis-hadis di atas, kita dapat memahami bahwa menyambut bulan suci Ramadan bukan hanya sekedar menyambut kehadiran bulan baru, tetapi merupakan momen yang sangat istimewa di mana kesempatan untuk mendapatkan keberkahan, ampunan, dan pahala yang berlipat ganda. Oleh karena itu, dalam menyambut Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk mempersiapkan diri secara fisik dan spiritual, serta menjauhi perbuatan dosa dan mengerahkan diri dalam beribadah.
Wallahu A'lam Bissowab
8. Izin bertanya ustadz : Bagaimana menemukan keseimbangan antara ibadah, pekerjaan, dan tanggung jawab sosial selama bulan suci Ramadhan ?.
JAWABAN :
Menemukan keseimbangan antara ibadah, pekerjaan, dan tanggung jawab sosial selama bulan suci Ramadhan adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan seorang Muslim. Islam mendorong kita untuk menjalani kehidupan seimbang, di mana kita memberikan perhatian pada ibadah kepada Allah, bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, serta memenuhi tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitar kita.
Pertama-tama, dalam Islam, ibadah merupakan prioritas utama, terutama selama bulan suci Ramadhan. Puasa, shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan berzikir adalah hal-hal yang sangat dianjurkan selama bulan ini. Oleh karena itu, seorang Muslim harus berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan manfaat maksimal dari ibadah-ibadah ini.
Tetapi, juga penting untuk diingat bahwa Islam juga mendorong kita untuk bekerja dan berusaha dalam kehidupan dunia. Pekerjaan dan usaha merupakan bagian penting dalam mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Rasulullah SAW sendiri adalah seorang yang bekerja sebelum dan setelah menerima wahyu, dan beliau juga memberikan penekanan pada pentingnya usaha dan kerja keras.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk selama bulan Ramadhan, penting untuk menemukan keseimbangan antara ibadah dan pekerjaan. Ini bisa dilakukan dengan cara mengatur jadwal sehari-hari secara bijaksana, mengelola waktu dengan efisien, serta memberikan prioritas pada ibadah tanpa mengabaikan tanggung jawab pekerjaan.
Selain ibadah dan pekerjaan, tanggung jawab sosial juga merupakan hal yang penting dalam Islam. Berbuat baik kepada sesama manusia dan peduli terhadap kebutuhan masyarakat di sekitar kita juga merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Pada bulan Ramadhan, kita dianjurkan untuk meningkatkan kebaikan, memberikan sedekah, berbagi dengan sesama, dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
Dari ayat di atas, kita dapat melihat betapa Islam mengajarkan pentingnya memberikan harta kepada yang membutuhkan, seperti kerabat, anak yatim, orang miskin, dan musafir. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kita untuk peduli terhadap kondisi sosial di sekitar kita, terutama selama bulan Ramadhan.
Dalam hadits, Rasulullah SAW juga mengingatkan kita tentang pentingnya berbuat baik kepada sesama. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Maka barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang ingin dinaikkannya, maka hijrahnya kepada apa yang dituju." (Muttafaqun 'alaih)
Dari pandangan syariat Islam, menemukan keseimbangan antara ibadah, pekerjaan, dan tanggung jawab sosial selama bulan suci Ramadhan dapat dicapai dengan cara memprioritaskan ibadah tanpa meninggalkan kewajiban pekerjaan dan tanggung jawab sosial. Jika kita mampu mengelola waktu dengan bijak, membagi waktu secara adil antara ibadah, pekerjaan, dan kegiatan sosial, kita dapat mencapai keseimbangan yang dianjurkan dalam ajaran Islam.
Wallahu A'lam Bissowab
9. Bener ngak klo kita mandi di laut,.trus kita kentut dalam air, maka puasanya akan batal...?
Menurut syariat Islam, jika seseorang mandi di laut dan kemudian kentut dalam air, itu tidak akan secara otomatis membatalkan puasanya.
Dalam Islam, puasa bisa batal karena adanya tindakan-tindakan tertentu, seperti makan, minum, atau melakukan hubungan suami istri di siang hari selama bulan Ramadhan, dan hal-hal lain yang diakui secara luas sebagai membatalkan puasa. Namun, kentut tidak termasuk dalam daftar ini.
Adanya anggapan seperti itu mungkin merupakan salah satu bentuk kepercayaan atau informasi keliru yang berkembang di masyarakat. Namun, dalam kenyataannya, dalam Islam, kentut bukanlah sesuatu yang akan membatalkan puasa.
Sebagai gantinya, penting untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar membatalkan puasa seperti yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan hadits.
Jadi, jangan khawatir tentang hal-hal yang tidak termasuk dalam daftar yang membatalkan puasa. Sebagai gantinya, fokuslah pada menjalankan puasa sesuai dengan ajaran Islam yang benar, menjaga niat, dan menghindari tindakan-tindakan yang jelas-jelas membatalkan puasa.
Wallahu A'lam Bissowab
https://catat-70-perintah-allah-pada-manusia.html
10. Apakah Hakekatnya dari puasa itu sendiri?
JAWABAN :
Puasa dalam Islam memiliki makna yang dalam dan beragam, baik dari segi spiritual maupun syariat. Hakekat dari puasa tersebut dapat dipahami dari beberapa sudut pandang dalam ajaran Islam.
Secara umum, hakekat puasa dalam Islam adalah sebuah ibadah yang melibatkan penahanan diri dari segala kebutuhan fisik, mulai dari makanan, minuman, hubungan suami istri, hingga segala bentuk perilaku buruk, selama waktu yang ditentukan yaitu dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Namun, hakekat sebenarnya dari puasa tidak hanya sebatas penahanan diri dari kebutuhan fisik semata, melainkan juga mencakup dimensi spiritual dan moral.
Berdasarkan perspektif syariat Islam, hakekat puasa dapat ditemukan dalam Al-Qur'an dan Hadits sebagai berikut:
Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 183 menjelaskan bahwa tujuan utama dari puasa adalah "agar kamu bertakwa." Ini menunjukkan bahwa hakekat puasa adalah untuk mencapai keadaan takwa, yaitu kesadaran spiritual yang mendalam akan kehadiran Allah SWT dalam segala aspek kehidupan.
Rasulullah SAW juga menyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa puasa adalah "perisai" yang melindungi seseorang dari perbuatan buruk dan dosa. Dengan demikian, hakekat puasa juga melibatkan pengendalian diri dari segi moral dan etika, serta melibatkan perbaikan karakter.
Dalam sebuah hadits lainnya, Rasulullah SAW menyatakan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, melainkan juga menahan lisan, pandangan, pendengaran, dan segala anggota tubuh dari perbuatan yang tidak bermanfaat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini menunjukkan bahwa hakekat puasa melibatkan pengendalian diri dari segi spiritual dan emosional.
Dengan demikian, hakekat puasa dalam Islam melibatkan aspek kesadaran spiritual, pengendalian diri dari segala bentuk keinginan hawa nafsu, serta memperbaiki moral dan etika. Puasa bukan hanya sekadar penahanan dari makan dan minum, melainkan sebuah perjalanan spiritual dan proses perbaikan diri menuju keberkahan dan kecintaan kepada Allah SWT.
Dari perspektif yang lebih dalam, hakekat puasa juga dapat dilihat sebagai kesempatan untuk membersihkan jiwa dari segala kecenderungan negatif dan kesalahan, serta sebagai wujud tunduk dan ikhtiar dalam meningkatkan kesadaran diri serta penghargaan terhadap nikmat Allah SWT. Ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Ar-Ra'd ayat 28 yang menyatakan bahwa "sesungguhnya, dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Dengan demikian, hakekat puasa dalam Islam mencakup dimensi spiritual, moral, dan etika yang mendalam. Melalui puasa, umat Islam diharapkan dapat mencapai tingkatan takwa, membentuk karakter yang baik, serta meningkatkan kesadaran akan kehadiran dan kasih sayang Allah SWT.
Wallahu A'lam Bissowab
0 comments