­
Tanya jawab mengenai hal-hal ghoib, orang tua, dan percintaan - Never Give Up

Tanya jawab mengenai hal-hal ghoib, orang tua, dan percintaan

by - Agustus 22, 2024


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

1. Benarkah rumah yg lama tidak di tinggali menjadi sarang jin?

Mengenai pertanyaan apakah rumah yang tidak dihuni menjadi sarang jin, tidak ada dalil yang menyatakan hal tersebut secara tegas dalam ajaran Islam. Namun, kepercayaan seperti itu sering kali berkembang dalam budaya dan tradisi masyarakat tertentu

2. Bila akan di tempati rumah tersebut akan kah jin menggangu & merasuk ke dlm tubuh / jiwa anggota keluarga?

Akan tetapi, dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu berlindung kepada Allah SWT dari gangguan jin dan makhluk halus. Jin tidak bisa menembusi atau merasuki tubuh atau jiwa tanpa izin Allah SWT, kecuali jika manusia terbuka untuk diserang oleh mereka karena dosa, kesalahan, atau ketidaktaatan terhadap ajaran agama.

3. Bagai mana cara mengusir jin agar tidak  bersemayam di rumah yg  lama tak di tempati, karena Insyaa'Allah kami ada rencana merenovasi & menempati rmh tersebut?

Untuk mengusir jin atau makhluk halus dari rumah yang lama dan akan direnovasi serta ditempati, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan menurut syariat Islam:
    - Selalu membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an seperti Surah Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Surah Al-Ikhlas.
    - Memperbanyak dzikir dan doa kepada Allah SWT untuk perlindungan dari gangguan makhluk halus.
    - Menjaga kebersihan dan melakukan renovasi dengan niat yang baik dan mengharapkan berkah dari Allah SWT.
    - Meminta bantuan kepada ulama terpercaya untuk memberikan nasehat dan doa perlindungan.

4. Bukankah jin mahkluk Allah yg di ciptakan jumlahnya lebih banyak dari manusia?

Di dalam Islam, jin merupakan makhluk ciptaan Allah yang bersama-sama dengan manusia diberikan akal, kebebasan untuk memilih, dan tanggung jawab atas perbuatannya. Jin diciptakan dari api sedangkan manusia dari tanah. Jumlah jin memang lebih banyak dari manusia, namun kita diajarkan bahwa jin dan manusia memiliki kesamaan dalam hal beragama dan bertakwa kepada Allah SWT.

Dalil yang mendukung pandangan ini antara lain adalah firman Allah dalam Surah Al-Jinn (QS. 72:1-2):
"Katakanlah (Muhammad): 'Ditunjukkan kepadaku bahwa ada sekelompok Jin yang mendengarkan (al-Qur'an). Mereka berkata: 'Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan."

Jadi, penting bagi umat Islam untuk selalu mengikuti ajaran agama dan berdasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi dalam menghadapi segala hal, termasuk masalah seputar makhluk halus seperti jin. Menjaga iman, berlindung kepada Allah, dan selalu memperbanyak amalan saleh adalah kunci agar terhindar dari gangguan makhluk halus yang tidak diinginkan.

5. Assalamualaikum ustadz, apakah sihir itu benar adanya?. Jika ada,apakah ada doa penangkalnya?

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh 

Berdasarkan ajaran Islam, sihir atau ilmu hitam diakui sebagai sebuah realitas yang dapat mempengaruhi seseorang secara negatif.

Dalam Islam, berlindung dari sihir dan pengaruh negatifnya dapat dilakukan dengan cara berikut:
  1. Membaca Ayat-ayat Ruqyah: Beberapa ayat Al-Qur'an seperti Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255), Surat Al-Fatihah, dan Surat Al-Ikhlas dapat dijadikan sebagai Ruqyah untuk memberikan perlindungan.
  2. Membaca Doa Perlindungan: Doa-do seperti Ayat Kursi, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Naas dapat dijadikan sebagai doa perlindungan dari sihir dan pengaruh negatif lainnya.
  3. Berlindung Dengan Istighfar dan Taubat: Memperbanyak istighfar (meminta ampunan) dan taubat kepada Allah SWT juga dianggap sebagai cara untuk melindungi diri dari pengaruh sihir.
Dalil atau dasar hukum dalam Islam terkait dengan sihir dan perlindungan darinya dapat ditemukan dalam berbagai hadis dan ayat Al-Qur'an. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah ayat 102, Allah SWT menyebutkan tentang pengajaran sihir kepada dua malaikat Harut dan Marut di kota Babilonia sebagai ujian bagi manusia.

Penting untuk diingat bahwa dalam Islam, keyakinan yang kuat kepada Allah SWT, memperbanyak amalan shalih, menjauhi larangan-Nya, serta memperkuat hubungan dengan-Nya melalui ibadah, doa, dan dzikir adalah langkah-langkah penting dalam melindungi diri dari pengaruh negatif, termasuk sihir.

6. Ustadz izin bertanya lagi, bagaimana jika seseorang ini sudah terkena sihir,apakah ada doa tertentu?

Dalam syariat Islam, percaya kepada adanya sihir adalah hal yang wajib. Ketika seseorang telah terkena sihir, ada beberapa doa yang dianjurkan untuk membantu melindungi diri dan mengobati dampaknya.

Doa pertama yang dianjurkan adalah Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah: 255). Ayat ini memiliki kekuatan besar dalam melindungi seseorang dari berbagai bahaya termasuk sihir. Mengkaji dan menghafal Ayat Kursi serta membacanya secara rutin dapat memberikan perlindungan yang kuat.

Doa kedua yang disarankan adalah Mu'awwidzatain, yaitu dua surah terakhir dalam Al-Qur'an; Surah Al-Falaq (113) dan Surah An-Naas (114). Surah ini mengandung permohonan perlindungan kepada Allah dari berbagai kejahatan yang ada di dunia, termasuk sihir.

Selain itu, membaca Surah Al-Fatihah merupakan amalan yang dianjurkan untuk mengobati pengaruh sihir. Surah ini memiliki keistimewaan dalam menyembuhkan penyakit fisik dan spiritual.

Selain doa-doa tersebut, memperbanyak zikir, berdoa kepada Allah SWT dengan tulus, serta meningkatkan amal ibadah dan keimanan juga dapat membantu memperkuat perlindungan dari sihir.

Dalam hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah al-Mu'awwidzatain (Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas) ketika kamu tidur dan pada waktu pagi serta petang, karena sesungguhnya ia adalah penyuci."

Dalam Islam, penting untuk selalu bersikap tawakal kepada Allah dalam menghadapi segala ujian termasuk sihir. Jangan lupa untuk selalu memperbanyak doa, dzikir, dan ibadah dalam menjaga diri dari berbagai gangguan sihir dan pengaruh negatif lainnya.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari segala bentuk kemudharatan, serta memberikan kesehatan dan kekuatan spiritual dalam menghadapi setiap ujian.

7. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Izin bertanya ustadz :
Bagaimana agama memandang hubungan antara orang tua dan anak, serta bagaimana ajaran agama mempengaruhi dinamika dalam hubungan tersebut ?

JAWABAN :

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dalam agama Islam, hubungan antara orang tua dan anak dianggap sangat penting. Ajaran agama memandang hubungan ini sebagai salah satu yang harus dijaga dengan baik, karena hubungan ini melibatkan kewajiban, rasa hormat, kasih sayang, dan tanggung jawab yang sangat besar.

Allah SWT dalam Al-Quran memiliki banyak ayat yang menggarisbawahi pentingnya menghormati orang tua dan menunjukkan kasih sayang kepada mereka.  Di antara ayat-ayat yang relevan adalah :

1. "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sektorlah mereka dan janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Al-Isra: 23)

Ayat ini menekankan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua dan melarang anak untuk menyakiti atau menunjukkan sikap tidak hormat terhadap mereka.

2. "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu mengatakan kepada keduanya "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Al-Ankabut: 8)

Ayat ini juga menegaskan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua dan melarang anak untuk menunjukkan sikap tidak hormat terhadap mereka.

Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam juga mengajarkan pentingnya memuliakan orang tua dan memperlihatkan kasih sayang kepada mereka. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah masuk surga seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Ahmad)

Dalam hubungan orang tua dan anak dalam Islam, ajaran agama mengajarkan anak untuk memuliakan, mendengarkan, dan memenuhi kebutuhan materi dan emosional bagi orang tua. Di sisi lain, orang tua diwajibkan untuk mendidik anak-anak mereka dengan kasih sayang, memberikan pendidikan agama, memberikan contoh yang baik, dan menunjukkan rasa keadilan di antara anak-anak mereka.

Selain itu, agama Islam juga mengajarkan orang tua untuk mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan anak-anak mereka dalam pengambilan keputusan, agar anak-anak mendapatkan perlakuan dan pengasuhan yang baik sesuai dengan ajaran agama.

Dalam hubungan ini, Islam menekankan pentingnya komunikasi, tenggang rasa, dan keseimbangan yang sehat antara kasih sayang, pendidikan, dan disiplin. Hal ini akan membentuk kedekatan emosional yang sehat antara orang tua dan anak, serta memastikan bahwa hubungan ini didasari oleh rasa hormat dan kepatuhan kepada ajaran agama.

Jadi, dalam ajaran Islam, hubungan antara orang tua dan anak adalah salah satu hubungan yang harus dijaga dengan penuh kasih sayang, hormat, pengertian, dan tanggung jawab. Dengan mematuhi ajaran agama mengenai hubungan ini, diharapkan hubungan antara orang tua dan anak akan menjadi harmonis dan penuh berkah.

Wallahu A'lam Bissowab

8. Assalaamu'alaikum, Istri saya sdg sakit, sdh kurus kering badannya ditambah luka memar tanpa sepengetahuan saya, sering dipukuli sama anak kami yang SMA. Bandel memang. Tanpa bilang2 ke saya, walikelas dan guru BP pernah ke rumah. Saya ga tahu kalau ga dituruti ini. Dia pintar, masuk seleksi jalur raport dan tes jg lulus di Poltekkes Negeri di Bandung. Ada yang bisa bantu solusi ? Terima kasih, Jazakumullah khairan katsiira

JAWABAN :

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh 

Sangat disayangkan mendengar kondisi istri Antum yang sedang mengalami penderitaan fisik dan emosional. Dalam Islam, perlakuan kekerasan terhadap pasangan adalah sesuatu yang sangat tidak dianjurkan dan dibenci. Allah SWT menciptakan hubungan pernikahan sebagai landasan kasih sayang, saling menghormati, dan saling melindungi antara suami dan istri.

Dalam hal ini, sebagai seorang suami, Antum memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi, merawat, dan menghormati istri Antum. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Antum pertimbangkan untuk mengatasi situasi ini berdasarkan syariat Islam:

1. Komunikasi Terbuka: Ajak istri Antum untuk berbicara dengan terbuka tentang apa yang dia alami dan rasakan. Dorong untuk saling berkomunikasi dengan adil dan jujur dalam menyelesaikan masalah.

2. Bimbing Anak Antum: Lakukan pendekatan yang bijak dan tegas terhadap anak Antum yang melakukan tindakan kekerasan. Ajarkan pada anak tentang pentingnya menghormati dan merawat orang lain, terutama orang tua dan keluarga.

3. Mendekatkan Diri kepada Agama: Dorong keluarga untuk mendekatkan diri kepada agama dengan rajin beribadah, membaca Al-Qur'an, dan memperdalam pemahaman tentang akhlak dan nilai-nilai Islam yang luhur.

4. Bantuan Profesional: Bila diperlukan dan memungkinkan, pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan dari ahli kesehatan mental, konselor, atau lembaga yang terkait untuk membantu mengatasi konflik dan masalah yang sedang dihadapi.

Dalam Islam, kita diajarkan untuk menyelesaikan konflik atau masalah dengan jalan yang paling baik dan terhormat. Allah SWT berfirman, "Dan jika istri-istrimu berusaha untuk menggiring kamu kepada kekufuran, maka janganlah kamu mendengarkan mereka, tetapi perlakukanlah mereka dengan sebaik-baiknya." (QS. An-Nisa: 34)

Selain itu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga mengajarkan untuk menjaga hubungan keluarga dengan penuh kasih sayang dan pengertian. Beliau bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi)

Ana mendoakan semoga Allah memberikan kekuatan dan petunjuk bagi keluarga Antum dalam menghadapi ujian ini. Tetaplah bersabar, berdoa, dan bertindak dengan bijaksana dalam menyelesaikan masalah ini sesuai dengan ajaran agama. Semoga keadaan segera membaik dan kebahagiaan keluarga dapat kembali terwujud.

Wallahu A'lam Bissowab

9. Bang mau nanya, hukum cambuk di islam itu wajib di pertontonkan ke khalayak ramai kah?

JAWABAN :

Dalam Islam, hukuman cambuk merupakan salah satu bentuk hukuman yang dijatuhkan atas pelanggaran tertentu seperti perzinahan, percobaan pencurian, atau pelanggaran hukum lainnya. Mengenai apakah hukuman cambuk harus dipertontonkan ke khalayak ramai, terdapat perbedaan pendapat di antara ulama.

Beberapa ulama berpendapat bahwa hukuman cambuk sebaiknya dilakukan di tempat yang tidak dipertontonkan kepada umum untuk menjaga maruah dan kehormatan individu yang dihukum. Mereka berargumen bahwa memberikan hukuman di tempat terbuka dapat merendahkan martabat individu dan dapat menimbulkan stigma sosial yang berkepanjangan.

Di sisi lain, ada juga ulama yang berpendapat bahwa hukuman cambuk dapat dipertontonkan kepada umum, terutama untuk memberikan efek jera kepada masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran yang sama. Mereka berargumen bahwa dengan dipertontonkan kepada khalayak ramai, hukuman cambuk dapat menjadi pelajaran dan peringatan bagi orang lain yang berpotensi melakukan pelanggaran tersebut.

Dalam hal ini, tidak ada ketentuan yang secara khusus mengatur apakah hukuman cambuk harus dipertontonkan kepada umum dalam syariat Islam. Hal ini lebih berkaitan dengan interpretasi ulama dan prinsip keadilan serta kemanusiaan dalam memberlakukan hukuman. 

Wallahu A'lam Bissowab

10. Dan apa benar di zaman Rasulullah kalau Rasulullah ingin melakukan hukuman kayak hukum rajam/cambuk itu Rasulullah membujuk dulu seseorang yang akan dihukum itu agar berpikir lagi untuk menerima hukuman itu?

JAWABAN :

Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam mengajarkan prinsip-prinsip keadilan, belas kasihan, dan pertimbangan yang bijaksana dalam menjalankan hukuman. Sebagai seorang pemimpin yang adil, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam sering kali memberikan kesempatan kepada orang yang akan dihukum untuk mempertimbangkan tindakannya dan bertaubat sebelum hukuman diberlakukan.

Salah satu contoh yang terkenal adalah ketika seorang wanita yang sudah bersedia dihukum rajam atas perzinahannya datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam memberikan kesempatan kepadanya untuk bertaubat dan merenungkan kembali perbuatannya sebelum hukuman dijalankan. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam juga mengajarkan pentingnya memberikan kesempatan kepada orang yang bersalah untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

Dalil untuk prinsip ini dapat ditemukan dalam berbagai hadis yang menceritakan sikap belas kasih dan pertimbangan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dalam memberikan hukuman. Salah satunya adalah hadis yang menceritakan tentang Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam yang memberikan kesempatan kepada orang yang akan dihukum untuk bertaubat sehingga dapat menghindari hukuman yang akan diterimanya. 

Dalam Islam, hukuman telah diatur dengan ketentuan-ketentuan yang jelas dan adil, namun demikian, penting untuk selalu mengutamakan aspek kemanusiaan, kebijaksanaan, dan keadilan dalam memberlakukan hukuman. Memberikan kesempatan kepada orang yang bersalah untuk bertaubat dan memperbaiki diri merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan hukuman dalam Islam.

Wallahu A'lam Bissowab

11. Assalamu'alaikum ana boleh tanya,, Apakah benar berpacaran itu haram? Dan mendekati zina?

JAWABAN :

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita di luar ikatan pernikahan dianggap sebagai perbuatan yang tidak diperkenankan. Hal ini karena keintiman antara pria dan wanita dilakukan dalam kerangka pernikahan untuk melindungi keduanya dari tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama, seperti zina.

Zina merujuk kepada hubungan seksual di luar pernikahan yang dilarang secara tegas dalam Islam. Dalam Al-Qur'an Surah Al-Israa ayat 32, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang sangat keji dan suatu jalan yang buruk."

Pacaran dalam pengertian barat, yaitu berkencan secara eksklusif dengan lawan jenis tanpa ikatan pernikahan, juga dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam. Namun, penting untuk dipahami bahwa ada perbedaan antara berkencan dan proses taaruf dalam Islam. Taaruf merupakan proses pendekatan antara calon suami dan istri dengan pengawasan yang sesuai dengan tata cara Islam.

Dalil dalam Islam yang mengatur hubungan antara pria dan wanita adalah agar menjaga kehormatan dan martabat keduanya. Dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, "Tiap-tiap sesuatu yang tidak boleh dihalalkan zina, maka pasti tidak boleh dihalalkan pacaran."

Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, penting untuk menghindari praktek-praktek yang dapat membawa pada tindakan zina, termasuk pacaran dalam pengertian yang melanggar aturan agama. Sebagai gantinya, Islam menganjurkan untuk menjalani hubungan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan menghormati batasan yang telah ditetapkan.

Wallahu A'lam Bissowab

12. Barangkali ada materi ttg istighfar bu

JAWABAN :

Istighfar dalam Islam merujuk pada doa atau permohonan maaf kepada Allah SWT atas dosa-dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang. Istighfar merupakan bagian penting dari ibadah umat Islam karena merupakan cara untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah.

Istighfar berasal dari kata Arab "istaghfara", yang artinya adalah meminta pengampunan. Allah SWT mencintai hamba-Nya yang selalu beristighfar karena merupakan tanda kerendahan hati, penyesalan, dan keinginan untuk bertaubat.

Berikut beberapa ayat Al-Qur'an terkait dengan istighfar:

1. "Dan bersungguh-sungguhlah kamu memohonkan ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang, Maha Pengasih." (Surah Hud, Ayat 90)

2. "Katakanlah: "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."" (Surah Az-Zumar, Ayat 53)

3. "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (Surah An-Nur, Ayat 31)

4. "Tidak lah bertakwa (menjalankan perintah Allah) orang-orang yang melakukan perbuatan yang keji sehingga tiba saat mati kepada salah seorang dari mereka, lalu ia berkata: "Ya Tuhan, kembalikanlah aku, agar aku dapat bekerja kecuali sedikit saja."" (Surah Al-Mu’minun, Ayat 99-100)

Selain ayat-ayat di atas, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga mengajarkan umatnya untuk senantiasa beristighfar. Hadits Rasulullah yang terkenal mengenai istighfar adalah:

"Demi Allah, sungguh aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat pada-Nya lebih dari tujuh puluh kali sehari." (HR. Al-Bukhari)

Selain itu, istighfar juga memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • Membersihkan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan di masa lalu.
  • Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  • Menghilangkan keraguan dan ketakutan dalam diri seseorang.
  • Menambah keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Islam untuk senantiasa beristighfar dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk rasa syukur, penyesalan, dan taat kepada Allah SWT. Beristighfar tidak hanya dilakukan ketika seseorang merasa berdosa, tetapi juga sebagai bentuk ibadah yang akan mendatangkan banyak kebaikan bagi kehidupan dunia maupun akhirat.

Wallahu A'lam Bissowab

13. Kalo kita membicarakan orang lain, yang di bicarakan itu kenyataan/fakta apa bisa disebut gibah?

JAWABAN :

Menurut syariat Islam, membicarakan orang lain tentang hal-hal yang negatif atau merendahkan martabatnya tanpa alasan yang dibenarkan disebut dengan ghibah (bergosip atau mencela). Ghibah termasuk dalam dosa besar dan dilarang dalam agama Islam. Dalil-dalil yang menjelaskan tentang larangan ghibah antara lain:

1. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Hujurat ayat 12:
"Dan janganlah sebagian kamu mencela sebagian yang lain. Adakah salah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

2. Hadis riwayat Muslim:
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Apakah kamu mengetahui apa ghibah itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Ghibah adalah engkau berkata terhadap saudaramu sesuatu yang tidak disukainya." (HR. Muslim).

Berdasarkan dalil-dalil tersebut, ghibah dijelaskan sebagai suatu bentuk perbuatan yang merugikan, merendahkan martabat, atau mencela orang lain secara tidak benar. Hal ini mencakup menyebarkan informasi negatif atau mencela seseorang di belakangnya.

Namun, terdapat pengecualian dalam hal ghibah jika tujuannya adalah untuk memberikan nasehat atau mencegah kemungkaran yang lebih besar, seperti menyebutkan kekurangan seseorang kepada pihak yang berwenang untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini, membicarakan orang tersebut dianggap sebagai amar ma'ruf nahi mungkar (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran), bukan sebagai ghibah.

Jadi, penting untuk selalu memperhatikan dan memperbaiki ucapan dan perbuatan kita terhadap orang lain, serta berhati-hati agar tidak terjerumus dalam perbuatan ghibah yang dilarang dalam Islam.

Wallahu A'lam Bissowab

14. Kenapa masih banyak anak pondok yang pacaran???

JAWABAN :

Masalah pacaran di kalangan anak pondok pesantren bisa menjadi perhatian serius dan kompleks. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan fenomena ini antara lain pengaruh lingkungan, kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama, dan perubahan nilai-nilai sosial masyarakat.

Menurut syariat Islam, pacaran atau hubungan yang tidak diatur secara syar'i antara pria dan wanita diluar ikatan pernikahan dilarang keras karena bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang menekankan pada kesucian, perlindungan diri, dan menjaga kehormatan.

1. Al-Qur'an dan Hadis tentang Pacaran:

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang sangat keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Israa: 32)

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda, "Barangsiapa di antara kalian yang sanggup memberikan jaminan untuk menjaga kemaluannya (dari perbuatan haram), maka hendaklah ia melakukannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Penyebab Pacaran di Kalangan Anak Pondok Pesantren:

Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan masih banyak anak pondok pesantren yang terlibat dalam pacaran antara lain:

  • Kurangnya pemahaman yang benar terhadap ajaran agama dan nilai-nilai Islam yang seharusnya mengatur hubungan antara pria dan wanita.
  • Pengaruh lingkungan di luar pondok pesantren yang mungkin memperkenalkan budaya atau norma-norma yang tidak sejalan dengan ajaran agama.
  • Kurangnya pengawasan dan pembinaan yang tepat dari pihak pondok pesantren terhadap aktivitas sehari-hari anak-anak pondok.
  • Perubahan pola pikir generasi muda yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan kemajuan komunikasi yang memudahkan terjadinya interaksi antara lawan jenis.

3. Solusi Menurut Syariat Islam:

Untuk mengatasi masalah pacaran di kalangan anak pondok pesantren, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

  • Meningkatkan pemahaman akan ajaran agama Islam yang benar dan nilai-nilai moral yang harus dijunjung tinggi.
  • Meningkatkan pendidikan agama dan akhlak yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu umum.
  • Meningkatkan disiplin dan pengawasan terhadap aktivitas anak-anak pondok pesantren.
  • Mendorong komunikasi terbuka antara pengasuh dan anak-anak pondok pesantren untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang mungkin muncul.
  • Memperkuat kesadaran akan bahaya pacaran dan pentingnya menjaga kesucian serta menjauhi perbuatan zina.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah kamu menikahi siapapun yang punya agama, niscaya kamu berhasil. Jika tidak, hendaknya kamu celaka.” (HR. At-Tirmidzi)

Dengan meningkatkan pemahaman agama, meningkatkan komunikasi yang baik, serta meningkatkan pengawasan dan pendidikan di pondok pesantren, diharapkan fenomena pacaran di kalangan anak pondok pesantren dapat diminimalisir dan nilai-nilai agama dapat diterapkan dengan baik dalam kehidupan mereka. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita semua untuk melangkah ke arah yang lebih baik.

Wallahu A'lam BissowabB

15. Bro kan kalo menceritakan dosa di masa lalu yg pernah di buat kan ga boleh. Terus kalo dia nya minta bilang sumpah/sumpah demi tuhan gimana tu?

JAWABAN :

Dalam syariat Islam, menceritakan dosa-dosa yang dilakukan di masa lalu sebaiknya dihindari karena hal itu bisa menimbulkan fitnah, memperburuk reputasi seseorang, dan menyebabkan rasa malu. Ada beberapa dalil yang mengatur hal ini dalam Islam. Pertama, hadis yang menyatakan "Barang siapa menutupi aib seorang muslim di dunia, niscaya Allah akan menutupi aibnya di akhirat" (HR Muslim). Kedua, Surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya "Hindarilah kebanyakan prasangka karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". 

Namun, dalam situasi tertentu dimana menceritakan dosa di masa lalu diperlukan, misalnya sebagai pengajaran atau untuk meminta maaf, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, seseorang sebaiknya melihat niat di balik menceritakan dosa tersebut. Jika niatnya baik dan tidak bermaksud untuk merugikan orang lain, menceritakan dosa tersebut dapat dianggap sebagai bentuk taubat dan kesungguhan untuk memperbaiki diri.

Kedua, terkait dengan sumpah demi Tuhan, Islam mengajarkan agar seseorang tidak sembarangan dalam mengucapkan sumpah. Sumpah demi Tuhan sebaiknya tidak diucapkan tanpa alasan yang jelas dan penting. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Quran, "Janganlah kamu menjadikan sumpah itu sebagai tipuan di antara kamu" (Surah Al-Baqarah: 224). Oleh karena itu, sebaiknya untuk menghindari sumpah demi Tuhan kecuali dalam situasi yang memerlukan dan benar-benar penting.

Jika seseorang merasa terdorong untuk memberikan penegasan atau kepastian terkait dengan suatu pernyataan atau cerita, sebaiknya ia mengucapkan kalimat seperti "Wallahu A'lam" yang artinya "Allah lebih mengetahui" atau "Insya Allah" yang artinya "jika Allah menghendaki". Dengan demikian, seseorang dapat memberikan kepastian tanpa harus mengucapkan sumpah yang tidak perlu.

Dalam Islam, taubat adalah pintu keampunan dan rahmat Allah SWT. Seorang Muslim yang melakukan dosa di masa lalu dianjurkan untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh, meninggalkan dosa tersebut, menyesali perbuatannya, dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan Dia akan menerima taubat hamba-Nya yang datang kepada-Nya dengan tulus.

Dengan melakukan taubat yang sebenar-benarnya, seseorang dapat menghapus dosa-dosanya di masa lalu dan memulai hidup yang baru dengan tekad yang kuat untuk tidak mengulangi dosa tersebut. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Surah Az-Zumar: 53).

Jadi, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sebaiknya kita selalu berusaha untuk memperbaiki diri, bertaubat atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan di masa lalu, dan menjauhi segala hal yang dapat mendekatkan kita kepada dosa. Dengan taubat yang tulus dan niat yang baik, in syaa Allah Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita dan memberkahi hidup kita di dunia maupun di akhirat.

Wallahu A'lam Bissowab

16. Assalamualaikum,maaf mau nanya.bgaimna sih cara nolak cowok yg  ngajak pacaran,tapi cara nolaknya itu dengan sopan dlm agama?

JAWABAN :

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh 

Berikut adalah cara untuk menolak pendekatan yang tidak diinginkan dari seorang cowok yang mengajak pacaran dengan sopan dalam konteks syariat Islam:

1. Jelaskan Posisimu: Tunjukkan dengan tegas dan sopan bahwa kamu berkomitmen untuk menjalani prinsip-prinsip agama Islam dalam hubungan antara pria dan wanita. Katakan dengan tegas bahwa kamu mengutamakan pendekatan yang halal dan sesuai dengan ajaran agama.

2. Jaga Sikap dan Tutur Kata: Sampaikan penolakanmu dengan sikap yang sopan dan tegas tanpa perlu menggunakan bahasa atau sikap yang menyinggung perasaannya. Ingatlah untuk tetap menghormati dirinya sebagai seorang Muslim.

3. Rujukan kepada Ajaran Islam: Dalam menjelaskan alasannya menolak ajakan pacaran, kamu bisa merujuk kepada ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga hubungan yang halal antara pria dan wanita. Sebagai Muslim, kita diberikan pedoman agar tidak terjebak dalam hubungan yang tidak sesuai dengan syariat.

4. Mengutamakan Komunikasi yang Baik: Berikan penjelasan yang jelas dan lugas mengenai alasannya menolak ajakan tersebut. Jika memungkinkan, diskusikan secara dewasa dan jelas agar pihak cowok dapat memahami dan menghormati keputusanmu.

Salah satu dalil yang bisa menjadi landasan penolakan terhadap ajakan pacaran adalah surat An-Nur ayat 30-31 yang berkaitan dengan larangan zina dan pergaulan bebas antara pria dan wanita. Allah berfirman, "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan jangan menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya." 

Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan tentang pentingnya menjaga diri dari pergaulan bebas dan membatasi interaksi antara pria dan wanita semata-mata untuk kebaikan dan kehormatan keduanya. Oleh karena itu, menolak ajakan pacaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama adalah tindakan yang benar dan dianjurkan dalam Islam.

Wallahu A'lam Bissowab

17. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, izin bertanya, apakah sombong pada orang yang sombong, kita akan mendapatkan dosa?

JAWABAN :

Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. 

Dalam Islam, perilaku sombong tidak dianjurkan dan dianggap sebagai sifat yang tercela. Menyombongkan diri atas orang lain hanya akan menimbulkan dosa bagi orang yang bersikap sombong. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda, "Orang yang sombong tidak akan masuk surga." (HR. Muslim).

Dalil yang menunjukkan bahwa sombong merupakan perbuatan tercela dapat ditemukan dalam berbagai ayat Al-Qur'an, antara lain dalam Surah Al-Furqan (25:63) yang berbunyi, "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Rahman adalah mereka yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati." Selain itu, dalam Surah Al-A'raf (7:13) juga ditegaskan bahwa orang yang sombong akan mendapat hukuman yang keras di akhirat.

Jadi, bagi seorang Muslim, penting untuk menjauhi sifat sombong dan selalu berusaha untuk merendahkan diri di hadapan Allah SWT serta sesama manusia. Allah mencintai hamba-Nya yang merendahkan diri dan bersikap rendah hati.

Jika seseorang merasa dihadapi dengan orang yang sombong, sebaiknya berusaha untuk tetap menjaga hati dan menjauhi rasa sombong dalam diri. Perlakukan orang yang sombong dengan penuh kesabaran dan kebaikan, tanpa merespon dengan sikap yang sama.

Wallahu A'lam Bissowab




Source: Grup wa/KajianIslam ✍🏻

You May Also Like

0 comments