Rasa malu itu warisan para Nabi
Resume kajian bersama Umma Rayyan Muzaffar, beliau founder grup komunitas hijrah menuju Jannah.
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ….
Innal hamda lillah, nahmaduhu wanasta’inuhu wanastaghfiruh, wana’udzu billahi min syururi anfusina, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdihillahu falaa mudhilla lah, wamayyudhlil falaa haadiya lah. Asyhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarika lah, wa asyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh. Allahumma shalli wasallim wabarik ’ala sayyidina muhammadin wa’ala alihi washahbihi ajm’in. amma ba’du.
Artinya: Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, yang kita memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kita dan dari keburukan amal-amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tak seorangpun dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan maka tak seorangpun mampu memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, berikan rahmat, keselamatan serta barakah kepada Junjungan kita Muhammad beserta keluarga dan shahabatnya semuanya.
Foto by pinterest
Setelah pembukaan, beliau langsung mulai menjelaskan materi kajian nya dengan judul "RASA MALU ITU WARISAN PARA NABI"
Rasa malu itu warisan para nabi. Artinya, telah diajarkan oleh para Nabi sebelum kita. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshary Al-Badry radhiallahu ’anhu, dia berkata:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perkataan yang diwarisi oleh orang-orang dari perkataan nabi-nabi terdahulu adalah: ‘Jika engkau tidak malu, perbuatlah sesukamu’.” (HR. Bukhari, no. 3483)
Keutamaan Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk keimanan. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
”Malu merupakan bagian dari keimanan.” (HR. Muslim, no. 161)
Rasa malu ini juga dipuji oleh Allah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ
”Sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Menutupi, Allah cinta kepada sifat malu dan tertutup, maka jika salah seorang di antara kalian itu mandi maka hendaklah menutupi diri.” (HR. Abu Daud no. 4014, dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Malu Terkait Hak Allah dan Hak Sesama
Pertama, malu yang berkaitan dengan hak Allah. Seseorang harus memiliki rasa malu ini, dia harus mengetahui bahwa Allah mengetahui dan melihat setiap perbuatan yang dia lakukan, baik larangan yang diterjangnya maupun perintah yang dilakukannya.
Kedua, malu yang berkaitan dengan hak manusia. Seseorang juga harus memiliki rasa malu ini, agar ketika berinteraksi dengan sesama, dia tidak berperilaku yang tidak pantas (menyelisihi al-muru’ah) dan berakhlak jelek. Syaikh Ibnu Utsaimin memberi contoh.
Dalam majelis ilmu, jika seseorang berada di shaf pertama, lalu dia menjulurkan kakinya, maka dia dinilai tidak memiliki rasa malu karena dia tidak menjaga al-muru’ah (kewibawaan). Namun, jika dia duduk di antara teman-temannya, kemudian dia menjulurkan kaki, maka ini tidaklah meniadakan al-muru’ah. Namun, lebih baik lagi jika dia meminta izin pada temannya,”Bolehkah saya menjulurkan kaki?”. (Syarh Al-Arba’in, 210)
Sifat Malu yang Terpuji
Perlu diketahui bahwa malu adalah suatu akhlak yang terpuji kecuali jika rasa malu tersebut itu muncul karena enggan melakukan kebaikan atau dapat terjatuh dalam keharaman. Maka jika seseorang enggan untuk melakukan kebaikan seperti enggan untuk nahi mungkar (melarang kemungkaran) padahal ketika itu wajib, maka ini adalah sifat malu yang tercela. Jadi ingat! Sifat malu itu terpuji jika seseorang yang memiliki sifat tersebut tidak menjadikannya meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram. (Syarh Al-Arba’in, hlm. 210)
Jika Tidak Malu, Lakukanlah Sesukamu
Para ulama mengatakan bahwa perkataan ini ada dua makna :
Pertama: Kalimat tersebut bermakna perintah dan perintah ini bermakna mubah. Maknanya adalah jika perbuatan tersebut tidak membuatmu malu, maka lakukanlah sesukamu. Maka makna pertama ini kembali pada perbuatan.
Kedua: Kalimat tersebut bukanlah bermakna perintah. Para ulama memiliki dua tinjauan dalam perkataan kedua ini:
a) Kalimat perintah tersebut bermakna ancaman. Jadi maknanya adalah: Jika kamu tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah sesukamu (ini maksudnya ancaman). Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
”Lakukanlah sesukamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan.” (QS. Fushilat: 40).
Maksud ayat ini bukanlah maksudnya agar kita melakukan sesuka kita termasuk perkara maksiat. Namun, maksud ayat ini adalah ancaman: Jika kamu tidak memiliki rasa malu, lakukanlah sesukamu. Pasti engkau akan mendapatkan akibatnya.
b) Kalimat perintah tersebut bermakna berita. Jadi maknanya adalah: Jika kamu tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah sesukamu. Dan penghalangmu untuk melakukan kejelekan adalah rasa malu. Jadi bagi siapa yang tidak memiliki rasa malu, maka dia akan terjerumus dalam kejelekan dan kemungkaran. Dan yang menghalangi hal semacam ini adalah rasa malu. Kalimat semacam ini juga terdapat dalam hadits Nabi yang mutawatir,
مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
”Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan ambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalimat ini adalah perintah, namun bermakna khabar (berita). Jadi jika tidak memiliki sifat malu, pasti engkau akan terjerumus dalam kemungkaran. Itu maksud perintah di sini bermakna berita. (Lihat Tawdhih Al-Ahkam, 4: 794, Darul Atsar; Syarh Arba’in Syaikh Shalih Alu Syaikh, hlm. 113; Syarh Arba’in Al-Utsaimin, hlm. 207; Jami’ul Ulum wal Hikam, hlm. 255)
Sifat Malu Orang-Orang Shalih
Contoh akhlak yang mulia ini dapat dilihat pada Nabi Musa ’alaihis salam. Nabi Musa adalah pemalu dan selalu tertutup auratnya. Tidak pernah terlihat kulitnya karena malu. Kemudian Bani Israil mencelanya. Mereka sampai mengatakan bahwa Musa selalu tertutupi badannya karena dia terkena kusta atau penyakit kulit. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh generasi teladan yang pertama, yang telah mewarisi akhlaq mulia dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, mereka itu sangatlah pemalu. Di antara mereka yang dijadikan contoh yang mengagumkan dalam hal ini, hingga para malaikat pun malu kepadanya adalah Utsman bin ’Affan radhiyallahu ’anhu. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ
“Yang paling jujur dalam rasa malu adalah Utsman.” (Hadits ini shahih, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 1224)
Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga mengatakan tentang Utsman,
أَلاَ أَسْتَحِى مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِى مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ
”Apakah aku tidak malu pada seseorang yang para Malaikat saja malu kepadanya.” (HR. Muslim, no.6362)[Lihat pembahasan yang sangat bagus dari Syaikh Salim bin ’Ied Al Hilali pada edisi terjemahan ’Malu menurut Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih’)
Ya Allah bekalilah kami dengan sifat yang mulia ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah selalu memberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib, dan menjadikan amalan kita diterima di sisi-Nya. Innahu sami’un qoriibum mujibud da’awaat.
Alhamdulillah materi kajian nya telah selesai jadi sekarang saat nya memasuki sesi tanya jawab.
Pertanyaan:
1. Assalamu'alaikum umma, jika rasa malu sudah berkurang dan luntur apa yang harus kita lakukan?
jawaban:
Wa'alaikumussalam,, ketika rasa malu sudah berkurang perbanyaklah beristiqfar, biasanya hal ini terjadi karena terasa gelapnya hati kita hingga sulit menerima kebenaran atau hilang nya rasa malu maka dari itu perbanyaklah beristiqfar agar hati kita memiliki cahaya meski hanya sebuah titik. dan perbanyaklah berdzikir agar Allah selalu melindungi kita dari suatu hal buruk maupun godaan syaitan.
2. Assalamu'alaikum umma, ana mau nanya. Bagaimana menanggapi seseorang yang mengejek kita, kalo misalnya kita ini orang yang pemalu
Jawaban:
Wa'alaikumussalam, Hanya diejek tak mungkin membuat mu terluka. Cukuplah didiamkan dan jangan balas perbuatan tersebut dengan hal yang serupa karena ketika seseorang melakukan suatu keburukan, lalu kita balas dengan keburukan juga, lalu apa bedanya kita dengan mereka?.
Maka cukup dengan diamkan dan ikhlaskan serta doakan agar orang tersebut segera diberi hidayah dan sadar bahwa perbuatan nya itu salah.
3. Assalamu'alaikum umma, apakah rasa malu itu sebagian dari iman?
Jawaban:
Wa'alaikumussalam, Dalam Islam rasa malu itu termasuk sebagian dari iman seseorang. Malu merupakan sifat atau perasaan yang membentangi dalam melakukan tindakan yang dianggap kurang sopan. Selain itu pemilik rasa malu akan terhindar dari perbuatan maksiat. Rasullullah mengatakan bahwa rasa malu dan iman sangat erat kaitannya.
4. Bagaimana kiat-kiat agar kita jadi seorang muslimah yang mempunyai rasa malu umma,, terutama saat di lingkungan sekolah?
Jawaban:
Wa'alaikumussalam, Jadilah seseorang yang berbicara apa adanya (penting), senantiasa menjaga diri dari seseorang yang bukan mahram nya (teman laki-laki, dll), selalu menjaga ucapannya. Malu itu bukan kepribadian yang hanya di punyai oleh seseorang, melainkan malu itu ialah sifat yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim.
5. Assalamu'alaikum umma, bagaimana caranya menasehati teman yang suka joget-joget di luar sana?
Jawaban:
Wa'alaikumussalam, menasehati seseorang yang melakukan sebuah kesalahan itu dengan cara yang baik, ingatkan secara perlahan dan pelan-pelan. Dan janganlah kalian menegur seseorang yang melakukan kesalahan di tempat umum, karna itu bukan membuat dia sadar, tapi dia malah merasa dipermalukan.
Nah kalian gak boleh begitu ya, ntar kalo misalnya kalian lihat teman maling buah mangga, malah di teriakin "Fulan jangan maling mangga".
Nah kalo begitu dia malah merasa di permalukan, dan dapat menimbulkan masalah, warga jadi pada tau dan timbul dampak lainnya. Maka dari itu ingatkan secara baik-baik saja, kalo bisa jangan sampai ada yang tau, ketika kalian mengingat kan dia tentang kesalahan nya. Paham ya? Ingat jangan menasehati seseorang di depan umum.
Semoga bermanfaat
0 comments