Dibalik senyuman putri AYAH eps 05

by - Januari 12, 2024

Rutin minum obat yang di resepkan oleh dokter jadikan badan Ayah terasa lebih baik dari sebelumnya. Jika bulan lalu wajah ayah begitu pucat hambar tanpa senyuman. Kini 3 bulan telah berlalu setelah pulang dari rumah sakit. Senyuman di wajah Ayah kembali hadir.

"yah ini adek bawa pulang mie" ku berikan kantong kresek yang ku jinjing.

Aku yang tadi pergi diajak oleh temanku untuk menemani dia beli keperluan nya. Di sepanjang jalan pulang teringat ke rumah, apa yang harus ku bawa pulang?. Sebab aku keluar tidak ada hal yang ingin ku beli. Kesukaan ayah aku tidak tau. Ayah ku orang yang tidak milih-milih dalam makanan. Apa aja dimakan tidak ada alergi sama sekali. Yang terpenting bagi beliau halalan toyyiban.

Berbeda dengan mama ku beliau memiliki makanan favorit yaitu mie. Itu sebab nya aku beli mie aja daripada beli lain tapi mama ku malah gak mau. Aku yang udah bosan mie terus lebih memilih beli kebab. Kebab yang isinya campuran daging dan sayuran. Asli aku vegetarian. Seseorang yang lebih menyukai sayuran ketimbang daging. Sayuran dapat membuat pencernaan lebih lancar. BAB beres wir gak tegang-tegang.

"kebab mau yah?" Tutur ku menawari ayah sambil perlihatkan kebab.

"gak ah mie aja"

"ma mau kebab?" Jawaban mama sama kayak ayah. Ini anak nya cuma basa-basi sama orang tua. Wajah ayah ku berbinar saat membuka bungkusan mie tersebut. Senyuman yang aku rindukan akhirnya kembali lagi. Senyuman yang pernah hilang.

Bahagia?.

Tak usah di tanya seberapa bahagia aku melihat nikmat karunia tuhan. Dia yang diatas mengabulkan permintaan seorang hamba. Hamba nya yang berlumuran dosa.

Nangis. Mengingat baiknya tuhan pada diri ini. Merasa tidak layak jika di ingat-ingat. Syukur alhamdulillah ku panjatkan kepada tuhan yang Esa. Telah mengembalikan senyuman di bibir my hero.

Rina mengikuti ku di belakang. Aku makan kebab di kamar saja. Rencana nya mau sembunyiin dari kakakku. Takut direbut semua sama dia. Dia yang dengar suara aku buru-buru keluar dari kamar nya. Jadilah berpapasan di lorong menuju kamar kami. Inilah yang namanya rezeki.

Rezeki tidak akan pernah tertukar karena setiap orang rezeki nya udah tertakar. Mau kita sembuyikan atau gak toh jika rezeki dia pasti akan dapat. Rezeki itu akan datang sendiri kepada pemiliknya.

"itu apaan dek?" Mata Rina tertuju pada kresek ditangan ku.

Aku jawab dulu di dalam hati. "gak cukup ni Cuma makan satu doang. Kasih gak ya?. Kalau ga di kasih juga gak enakan". Mata ku pura-pura melihat sekeliling. Biar Rina gak tau kalau aku lagi mikir keras.

"kebab". Ujar Nina

"bagi dong". Rina melangkah ingin mengambil kresek di tangan Nina. Sebuah tangan kanan lebih cepat terulur ke udara. Siapa lagi empunya. Jelas itu tangan Nina.

Sedari tadi Nina memperhatikan gerak-gerik kakak nya itu. Makanya dia lebih gercep menaikkan tangan ke atas. "tunggu dong main rebut-rebut aja". Kesal dengan Rina seenaknya rebut makan nya.

Rina menghela napas. Perut nya udah berbunyi dari tadi. Dia belum makan siang. Melihat adeknya membawa kebab buat dia ingin melahap nya.

"dikit aja ya kak gak usah satu". Tawar menawar Nina membuat mata Rina melongo.

Tak terima dengan usulan adek nya. "pelit amat sih jadi adek". Ucap nya. "kamu bei nya dua aku satu kamu satu". Lanjutnya

Gini nih punya kakak satu. Suka perintah-perintah. Nina harus sering mengalah tiap hari. Tak ada hari tanpa debat.

Hubungan kakak adek selalu care. Kayak drama di televisi. Punya kakak yang selalu nyenangin adek. Peduli banget sama adek nya.

Itu semua tidak berlaku di kehidupan Nina.

Tersiksa.

Iya. Tersiksa mulut. Kena ceramah yang unfaedah tiap hari. Nina harus banyak bersabar dengan tingkah kakak nya. Dia anak kecil tak boleh melawan yang lebih tua.

Yang tua di hormati. Dan yang kecil disayangi.

Saat perut dilanda lapar. Satu doang tidak akan cukup. Minimal 5 gitu yang harus masuk ke dalam rongga perut. Nina telah habiskan kebab nya.

Masih lapar

Gimana mau kenyang. Makanan yang masuk ke perut Cuma satu kebab doang. Dan satu lagi berhasil masuk di perut wanita sebelah. Nina bergegas turun dari ranjang tidur, mencari makanan di dapur. Langkah nya terhenti saat satu suara berbunyi.

"kemana dek"

"cari makan"

"sekalian nih sampah dibuang" Rina memberikan bekas kebab yang mereka makan.

"aku beli aku juga yang buang" seru Nina dengan sedikit kesal. "tau nya makan doang nih orang" lanjutnya.

"hahaha" ketawa Rina tanpa berdosa sama sekali

*******

Obat yang dikonsumsi oleh Ayah semakin hari semakin menipis. Dengan jarak rumah sakit itu sangat tak bisa dijangkau bolak-balik. Menjadikan Ayah pending konsumsi obat-obatan tersebut. Di rumah sakit berdekatan disini tidak terdapat jenis obat seperti punya Ayah. Apotek memang banyak berdiri di kota. Dan itu pun tidak menjanjikan terdapat jenis obat yang sama.

Ternyata saat pending dari minum obat itu. Kondisi Ayah semakin bertambah tiap hari.

Lemah. Menurun sedikit demi sedikit.

Karena kondisi yang semakin berubah drastis buat kami semua khawatir. Lalu hal yang pernah terjadi terulang kembali. Ayah masuk rumah sakit kembali. Kali ini di rumah sakit yang berbeda. Rumah sakit umum?. Bukan.

Rumah sakit umum penuh tidak ada ruangan yang kosong. Makanya sekarang kami disuruh ke rumah sakit Harapan Sehat. Dokter RS Harapan Sehat juga merupakan dokter dari RS umum. Sebelum ada rumah sakit umum, dulu pasien yang berobat ya di RS Harapan Sehat.

Di RS Harapan Sehat ini kamar pasien berada di lantai dua. Berarti ada lift?. Tidak. Terus bagaimana juga pasien bisa sampai ke lantai dua?.

Terbang?

Bisa terbang kalau ada sayap. Ini terbang nya pakai tenaga medis. Aku terdiam melihat Ayah ku dinaikkan ke lantai dua. Pasien di tarok diatas brankar lalu di dorong oleh para medis melalui tangga. Tau seluncuran?. Seperti itulah tangga nya untuk bisa sampai ke lantai atas.

Ya Allah aku yang melihat adegan itu aja ngeri. Lemas lutut menyasikkan itu semua. Seperti dalam mimpi. Ini kami yang melihat, lalu apa kabar pasien yang dibawa begituan?. Dengan kondisi pasien sakit, terguncang di dorong begitu. Naudzubillahi min dzalik.

Alhamdulillah Ayah selamat tiba di ruangan. Kasian juga dengan para tenaga medis, mendorong pasien sampai bercucuran keringat. Sungguh mereka luar biasa. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan.

Beberapa hari kemudian di RS Harapan Sehat.

Sama seperti Rumah Sakit biasanya. Setiap jam makan akan disuguhi nasi dari petugas yang mengurus konsumsi. Hari Jum'at ini aku bertugas jagain Ayah di Rumah Sakit. Tukar shift dengan kakak ku yang udah melesat pulang ke rumah. Kasian juga mama kalau ada butuh apa-apa harus ada yang ngercep.

Di ranjang sebelah Ayah kosong jadi aku tidur-tidur di sana. Eh, pas siang nya tiba, di bagikan nasi Rumah Sakit. Tiba-tiba ibu itu kasih ke aku nasi nya. Aku bersyukur di dalam hati, kebagian satu porsi. Ibu petugas itu mengira aku salah satu pasien di Rumah Sakit ini.

Masak aku dikira pasien, aku nya aja sibuk main handphone. Pintar banget orang sakit main handphone, iya kan? Hahaha. Ada-ada aja ibu itu. Kalau ada wifi biasa nya sih sakit nya langsung hilang. Itu mah aku.

Jangan bilang orang lain dulu. Lebih baik kita ngaca diri sendiri dulu. Dari pada ngomongin orang mending kita ngomongin diri sendiri. Saat kita ngomongin mereka, mereka semakin famous. Lah kita nya! Kapan famous?.

Kemudian mama bilang sama petugas tuh. "Dek itu gak ada orang sakit" ujar Mama

"eh, kirain ada pasien" jawab nya

Aku cukup diam doang sambil tahan tawa. Kerasa kayak tahan kentut. Padahal aku ingin ketawa tapi gak deh kasian si mbak nya. Berarti kalau yang sehat-sehat tidur di ranjang bisa dikira pasien dong. Hati-hati loh. Bagaimana dengan nasi nya?.

Nasi itu di ambil balik sama petugas tersebut. Tau sendiri lah, gimana rasanya makanan rumah sakit. Karna bukan jatah kita lebih baik kita berikan pada mereka yang membutuhkan. Daripada gak dimakan sayang kan mubazir makanan.

Aku serahkan balik sama petugas tersebut.

Bersambung.....

You May Also Like

0 comments