Dibalik senyuman putri AYAH eps 03
Bruk
Seseorang jatuh di depan kamar mandi. Orang itu baru selesai wudhu untuk melaksanakan sholat zuhur. Masih belum ada yang datang untuk membantu. Mama yang melihat itu buru-buru memapah Ayah ke dalam kamar. Dengan hati-hati mama membaringkan Ayah di tempat tidur. Melihat wajah Ayah yang begitu pucat membuat mama panik.
Mama memanggil Uti tetangga di samping rumah untuk mengecek keadaan Ayah. Berita Ayah jatuh tersebar ke rumah tetangga yang lainnya. Di rumah pun sudah kedatangan banyak orang.
"apaan tuh rame-rame?" Nina yang baru pulang ambil Ijazah dari sekolah terkejut melihat kedatangan banyak orang dirumah.
"Ayah mau dibawa ke rumah sakit" belum ku tanya seseorang sudah memberi jawaban.
"ayah kenapa?" Aku begitu panik karna sebelum Aku berangkat tadi Ayah baik-baik saja.
"jatuh, ayok dek" Aku langsung naik di bonceng oleh kakak ku. Sedangkan mama di dalam mobil bersama Ayah. Tiba di rumah sakit Ayah di masukkan dalam ruangan yang ditulis Bonsai. Kondisi Ayah cukup lemah saat ini. Kami sekeluarga menunggu dokter memeriksa kondisi Ayah.
"pasien harus dibawa ke ruangan Rontgen" dokter menyuruh perawat untuk membawa Ayah ke ruangan Rontgen.
"tunggu hasil Rontgen dulu" ucap beliau sama kami lalu berlalu memeriksa pasien sebelah.
"Tampan" tiba tiba Aku mengucap kata itu dalam hati. Melirik sekilas dokter itu yang sedang memeriksa pasien. Di dalam ruangan Rontgen tidak dibolehkan masuk rame-rame. Aku menunggu di taman rumah sakit bersama saudara ku. Di taman ini tersedia meja bulat dengan sekelilingi ada bunga-bunga. Letak nya tepat di depan ruangan Rotgen.
Perawat keluar dari ruangan itu mendorong brangkar pasien. Mama juga mengikuti perawat itu. Sudah jelas itu Ayahku. Kami yang menunggu di taman juga ikut menyusul di belakang. Kondisi Ayah tidak sepucat tadi pagi. Sekarang tinggal menunggu hasil Rotgen. Dokter menjelaskan hasil Rotgen yang keluar pada salah satu saudara ku. Kami tidak dapat mendengar satu kata pun. Karena ruangan itu tertutup rapat.
Entah apa yang dikatakan oleh dokter itu. Mulut nya tidak berhenti berbicara sambil menunjuk gambar paru-paru. Begitu juga dengan Aku tidak menatap ke arah lain. Terus memperhatikan seseorang dari tadi. Cowok itu memiliki wajah tampan, badan tinggi, dan tak lupa jas putih yang melekat di tubuh nya. Perfect.
"dokter kata paru-paru cut lem baik" suara Cekrid menarik perhatian ku dari dokter tersebut. Cekrid ini sebutan panggilan Aku, beliau adik kandung Ayah ku. Orang menebak Ayah ku sakit paru-paru. Sebab beliau perokok aktif. Keluar nya hasil Rontgen membuktikan bahwa paru-paru beliau baik-baik saja.
"tapi di hati cut lem bengkak" dari penjelasan cekrid cuma itu yang terdengar jelas di telinga Aku. "sedikit lupa-lupa ingat tuh mungkin efek benturan dulu dan di suruh rujuk ke RS Zainal Abidin biar di operasi" lanjut nya.
Ah Aku mulai mencari di memori kepala ku benturan mana yang di maksud oleh Cekrid. Ketemu.
Flashback
Di dekat kebun tempat kami menanam bibit padi sedang di potong sebuah pohon durian. Banyak pasang mata yang menyaksikan adegan tersebut. Satu di antara nya terdapat Ayah ku disitu. Saat pohon yang telah di potong mau jatuh ke bawah. Tiba-tiba ujung dahan pohon malah mengenai Ayah ku. Miris nya kena di dahi mengeluarkan darah.
Melihat itu para warga langsung membawa Ayah ku ke klinik terdekat. Sampai di klinik di katakan luka nya tidak parah. Jadi hanya di perban saja dahi Ayah. Ayah ku diantar ke rumah oleh warga yang membawa ke klinik tadi.
Orang-orang yang di rumah terkejut melihat ada perban di dahi Ayah. Mama pun langsung introgasi Ayah. Dan dijelaskan lah asal mula kejadian itu oleh bapak yang membawa Ayah.
"ya Allah cobaan apa lagi ini" mendengar kata operasi membuat ku istighfar dalam hati. Raut wajah mama ku terlihat sedih mendengar penjelasan itu. Begitu pula sanak saudara ku lain juga merasakan hal yang sama.
"kita berdoa sama-sama semoga Cut lem cepat sembuh" ucap saudara ku menguatkan kami.
******
Malam ini kami berangkat ke RS Zainal Abidin di Banda Aceh. Tadi pagi semua perlengkapan sudah beres. Jam menandakan pukul 22.00 pulang shalat tarawih langsung berangkat. Bulan ini adalah bulan suci ramadhan. Yang mana di bulan ini kita melaksanakan kewajiban kita yaitu berpuasa.
Puasa termasuk dalam rukun Islam yang ke 3. Amalan puasa ini dilaksanakan setahun sekali. Bagi mereka yang melaksanakan nya akan mendapat pahala. Di tambah malah hari nya mendirikan shalat tarawih. Sungguh begitu banyak pahala yang di berikan oleh Allah di bulan mulia ini. Tapi masih ada aja orang yang menyia-nyiakan pahala tersebut. Ada yang tidak berpuasa dengan alasan gak sanggup karna kerja. Hanya Allah yang tau isi hati seseorang.
Aku slalu ikut jika mama pergi jauh sebab Aku paling gak bisa jauh-jauh dari mama. Kakak ku tidak ikut karna dia mabok mobil. Di depan cekrid sama cut ngoh yang mengemudi. Baris kedua ada Aku, Ayah, dan mama. Sepanjang perjalanan mata ku masih terbuka menatap ke arah jendela.
Pohon-pohon yang bewarna hijau berubah jadi hitam. Akibat suasana semakin larut malam. Tidak ada lagi penduduk yang berkeliaran di depan rumah. Kecuali makhluk asing.
Tiba di gunung-gunung mataku memutuskan untuk tidur saja. Suasana jalanan nampak seram bagiku. Mobil di jalanan satu dua aja yang berlintas. Biarlah pengemudi saja yang bergadang.
"dek bangun dulu kita sahur" mata yang masih mengantuk terpaksa buka dengar suara mama di sampingku.
"hmmmmm"
"yok cepat sahur nanti imsak" geram mama Aku masih tidur di mobil.
"gak mau ma masih ngantuk" masih melanjutkan tidurku.
"Ayah sama yang lain udah nunggu tuh dek" kekeuh juga mama ku membangunkan Aku.
Melihat sekeliling sepi hanya tinggal Aku dan mama di mobil. Aku mengucek mata untuk menghilangkan rasa kantuk.
"Ini dimana?". Bertanya pada diri sendiri
"ma udah sampe rumah sakit?" Bingung dengan tempat yang ada di depan mata sekarang. Di sekeliling tidak ada nama lokasi nya.
"belum masih jauh" Aku turun dari mobil mengekori di belakang mama.
"adek pakek apa makan?" Tanya cekrid saat aku menempatkan bokong di kursi
"ayam"
"mau teh gak?"
"mau yang dingin"
"puasa apa minum dingin nanti tenggorokan kering" bukan cekrid yang jawab, ini suara Ayah ku. Dari sepanjang perjalanan baru kini suara Ayahku terdengar. Di mobil beliau juga paling diam. Entah apa yang dipikirkan selama di perjalanan.
"ya udah teh panas aja" menukar pesanan.
Seperti biasa saat makan tidak ada yang ngomong. Berbeda dengan otak yang udah liar kemana-mana. Andai aja punya kemampuan bisa baca pikiran. Jadi tau deh isi pikiran orang. Gerak-gerik orang bisa melenceng juga jika ditebak. Apalagi jago akting bisa menipu orang di sekitar. Diluar terlihat baik saja, alhasil di dalam meronta ingin berteriak.
Perjalanan kembali dilanjutkan ke tempat tujuan. Azan subuh mengusik indra pendengaran. Kami mencari mesjid yang lebih dekat dengan rumah sakit. Mesjid jami'. Disinilah kami sholat subuh. Di mesjid jami' ini pernah di undang Syekh asal Mesir yang bernama Syekh Muhammad Ali Abdel Aziz. Di bulan puasa untuk menjadi imam sholat tarawih.
Alhamdulillah aku lega sudah melaksanakan kewajiban seorang muslim. Boleh pergi kemana pun yang kamu mau tapi tetap ingat untuk sholat. Aku yang masih asing dengan lokasi ini memilih berdiam di dalam mobil.
Lama sekali tidak menginjakkan kaki di bumi Banda Aceh ini. 5 tahun atau bisa jadi lebih dari itu. Melihat banyak yang berubah. Salah satu nya di mesjid baiturrahman udah cantik banget. Dulu terakhir menginjakkan kaki disini Aku masih kecil. Kenangan kecil udah terkubur di dalam memori. Foto yang dulu nya di abadikan disini sebagai bukti pernah berada di lokasi itu.
Yapppss. Tepat sekali waktu Aku ke kota ini belum ada payung berjejeran disekitar mesjid. Kolam ikan memang sudah ada waktu itu.
"dek turun gabung kesana yok" ajak mama ke arah rombongan bapak-bapak.
"gak berangkat terus ma?" Bukan nya menjawab malah bertanya
"belum bentar lagi jam-jam 07.00 ke rumah sakit"
"aku duduk disini aja ma" malas aja gabung kesana yang ada Aku diam juga.
"ya udah deh" mama memilih menunggu di luar mobil
Paket menipis wifi berkeliaran. Gratis namun terkunci. Tebak. Jariku mengetik dengan lincah di password. Pertama menebak angka yang paling turun temurun dari nenek moyang 12345678. Password salah.
Tidak ada niat untuk mencuri wifi orang. Di dekat mesjid ini ada kampus kesehatan dan wifi nya hidup. Coba-coba jadi agen pemecah sandi wifi hehehe. Lima kali berurutan masih salah nyerah deh. Dengan sengaja mata ku melihat ada tulisan di tembok. Iseng Aku coba masukin tulisan itu.
Jleb
Terhubung. Ini saat nya download drakor mumpung dapat gratis. Asli kencang banget jaringan nya. Masih pagi belum kedatangan para mahasiswa.
"Ya mau berangkat lagi, masih ada eps yang belum terdownlod ni" gerutu ku di dalam hati.
Bersambung.......
0 comments